Rabu, 22 April 2009

TAK ISOLASI SESI III

PERENCANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
SOSIALISASI

A. Topik
Terapi Aktivitas Kelompok : Sosialisasi sesi 3:Tahap Bercakap-cakap
B. Tujuan
1. Tujuan umum
 Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
2. Tujuan khusus
 Klien mampu menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok
 Klien mampu menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi

C. Landasan Teori
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Keliat, et al,2006)
Dalam terapi aktifitas kelompok sosialisasi klien di bantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal ( satu dan satu ) kelompok dan masa.
Terapi Aktivitas Kelompok sosialisasi adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Hasil diskusi dapat berupa kesepakatan alternatif penyelesaian masalah. Klien dilatih menyampaikan perasaannya terhadap stimulus yang ada. Kemampuan klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.


D. Klien

1. Kriteria
a. Sehat jasmani
b. Klien menarik diri yang sudah bersosialisasi
c. Klien yang mampu diajak komunikasi verbal
d. Klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus.
2. Proses seleksi
a. Hasil observasi sehari-hari
b. Informasi dan keterangan dari klien sendiri dan perawat
c. Kontrak dengan klien, yaitu kesediaan klien untuk mengikuti kegiatan berdasarkan kesepakatan mengenai kegiatan, waktu dan tempat.
d. Klien-klien kelolaan dan resume
Adapun klien yang diikutsertakan berjumlah 9 orang

E. Pengorganisasian

1. Hari/ tanggal : Rabu, 11 April 2009
Waktu : 45 menit (Jam 09.00 – 09.45 WIB)
Tempat : R. Rehabilitasi RSJ Dr. Soeharto Heerdjan

Waktu yang di butuhkan tiap langkah
- Orientasi : 10 menit
- Kerja : 20 menit
- Terminasi : 15 menit




Setting Tempat :
- Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran membentuk huruf U
- Ruangan nyaman dan tenang
- Denah


















2. Tim terapis
Melaksanakan kegiatan TAK supaya berjalan dengan baik, maka tim petugas yang akan melaksanakannya harus terdiri dari leader, co leader, fasilitator dan observer. Adapun pembagain tugas untuk melaksanakan kegiatan TAK terdiri dari :


1. Leader : Lukmanul Hakim
Tugas :
a. Menyusun rencana TAK
b. Mengarahkan proses TAK dalam mencapai tujuan dengan cara memberikan motivasi kepada anggota yang terlibat dalam kegiatan
c. Memfasilitasi setiap sikap anggota kelompok untuk mengekpresikan perasaannya, mengajukan pendapat dan memberikan umpan balik
d. Sebagai role model
e. Sebagai penopang dari anggota yang terlalu lemah atau mendominasi.

2. Co leader : Lengga Kusnandar
Tugas :
a. Membantu leader dalam mengorganisir kemampuan anggota kelompok
b. Membantu mengobservasi kemampuan klien dalam TAK stimulasi persepsi
c. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.

3. Fasilitator : Euis Mulyani, Dewi Anggraeni, Inna Yuliana
Tugas :
a. Memfasilitasi anggota kelompok untuk berperan aktif dan memotivasi anggota kelompok
b. Mempertahankan kehadiran anggota kelompok
c. Mencegah atau hambatan kelompok dari dalam maupun dari luar kelompok.



4. Observer : Neneng Hasanah
Tugas :
a. Mengobservasi setiap respons klien
b. Mengamati dan mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan perilaku klien (jumlah peserta yang hadir, daftar hadir, yang memberikan ide dan pendapat, topik dan diskusi, respon verbal dan non verbal)
c. Memberikan umpan balik kepada kelompok
d. Mengobservasi respons anggota kelompok
e. Mengidentifikasi strategi yang digunakan leader
f. Mencatat modifikasi strategi untuk kegiatan kelompok berikutnya.

3. Metode dan Media
a. Alat :
- Tape Recorder
- Bola plastic
- Kaset
- Buku catatan dan pulpen
- Nama Tag


b. Metode :
- Dinamika kelompok
- Diskusi dan tanya jawab





F. Proses Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam perkenalan
 Salam dari terapis kepada klien
 Peserta dan terapis memakai name tag

b. Evaluasi / validasi
 Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
 Menjelaskan topik, tujuan kegiatan dan menyepakati waktu serta tempat
 Menjelaskan aturan main sebagai berikut :
a. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
b. Jika ada peserta yang ingin meninggalkan kelompok harus minta izin kepada terapis
c. Lama kegiatan 45 menit
2. Kerja
a. Hidupkan lagu pada Tape recorder dan edarkan bola plastik berlawanan dengan arah jarum jam
b. Pada saat Tape recorder dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi dengan anggota kelompok yang ada disebelah kanan dengan cara :
1. Memberi salam
2. Memanggil panggilan
3. Menanyakan kehidupan pribadi : orang terdekat, dipercayai/ disegani, pekerjaan
4. Dimulai dari terapis sebagai contoh.
c. Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran
d. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan memberi tepuk tangan.

3. Terminasi
a. Evaluasi respon subyektif klien
Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
b. Evaluasi respon obyektif klien
Menanyakan kembali apa yang sudah tadi lakukan, Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
c. Tindak lanjut
1. Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang kehidupan pribadi dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari.
2. Memasukan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan harian klien.

d. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan membicarakan topik pembicaraan tertenu.
2. Menyepakati waktu dan tempat










STRATEGI PELAKSANAAN
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI SESI III


I. Strategi Komunikasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi Ibu - ibu. Sebelumnya kami akan memperkenalkan diri dulu. Nama saya Mantri Lukmanul Hakim, disamping saya ada mantri Lengga Kusnandar, disebelah kanan dan kiri ibu ada Suster Euis Mulyani, Dewi Anggraeni, Inna Yuliana dan suster Neneng Hasanah., ibu-ibu sudah pada kenal kan sama mantra-mantri dan suster – suter yang ada disini. Bagus ibu-ibu

b. Evaluasi / validasi
Bagaimana kabar ibu-ibu pagi ini. Apa semuanya sehat.? ibu-ibu sudah pada mandi dan sarapan belum, sudah pada minum obat belum? ibu-ibu sudah ada yang kenal dengan teman – teman nya yang ada disini. Bagus.

c. Kontrak
saya mau tanya ada yang belum pernah ikut TAK sebelumnya. Bagus semuanya sudah pernah ya mengikuti TAK. ibu-ibu tahu tidak TAK kita kali ini tentang apa. TAK kita kali ini yaitu bercakap- cakap dengan teman.TAK ini akan berlangsung selama 45 menit di ruangan ini. Nanti selama permainan ini berlangsung ibu-ibu tidak boleh meninggalkan tempat ini ya. Kalaupun ada yang ingin buang air ( BAK ) ibu-ibu harus minta izin dulu sama Suster yang ada di sebelah kanan dan kiri ibu. Oke.....



d. Tujuan
Tujuan TAK kita kali ini adalah agar ibu-ibu bercakap-cakap dengan teman – teman yang ada diruangan ini.

II. Fase kerja
Baiklah ibu-ibu, sekarang kita mulai permainannya. Tapi sebelumnya Suster kasih tahu dulu ya cara dan peraturannya. Oke.... ibu-ibu nanti akan dengar lagu yang sudah disetel. Ini lagunya... Coba dengarkan. Dan ini juga ada bola. Nanti bola ini dipegang oleh ibu-ibu lalu diedarkan ke teman yang ada disamping ibu-ibu (bola diedarkan berlawanan dengan arah jarum jam) terus bola diedarkan sampai lagu yang didengarkan berhenti / tidak terdengar. Nah... apabila lagu berhenti dan bola berada ditangan ibu….. berarti ibu yang memegang bola harus bercakap-cakap dengan teman yang ada disebelah kanannya. Sebelumnya ibu yang memegang bola memperkenalkan diri dulu dengan cara yaitu memberi salam terlebih dahulu, terus menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan juga hobi. Nah... Setelah itu ibu memegang bola menanyakan kehidupan pribadi kepada teman yang ada disebelah kanannya. Sekarang suster akan memberikan contohnya terlebih dahulu . Lalu ibu dengarkan lagi lagu yang sudah disetel kemudian bola diedarkan lagi ke teman – teman yang ada disamping ibu-ibu. Bola diedarkan terus sampai lagu itu berhenti. Lalu apabila lagu berhenti dan ibu-ibu yang memegang bola harus memperkenalkan teman yang ada disebelah kanannya (yaitu nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi) kepada teman – teman yang lain. Sekarang suster akan memberikan contohnya terlebih dahulu. Bagaimana bu, apa ibu-ibu sudah mengerti. Ada yang ingin ditanyakan tidak. Kalau begitu kita mulai saja ya permainannya.




III. Fase Terminasi

a. Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan ibu-ibu setelah kita melakukan TAK hari ini. Apa semuanya senang. Sekarang sudah tahu tentang kehidupan pribadi teman – temannya ya. Dan ibu-ibu juga bisa ya....... Cara bercakap-cakap dengan teman – teman yang lain.
b. Evaluasi objektif
Coba ibu sebutkan lagi cara bercakap-cakap dengan sesama teman yang tadi sudah di ajarkan. Bagus... ibu-ibu hebat ya....Bisa bercakap-cakap dengan teman – teman yang lain.
c. Rencana tindak lanjut
Suster berharap ibu-ibu bisa terus berlatih bercakap-cakap dengan topik yang ingin dibicarakan dengan teman - teman yang lain. Ya. Dan juga memasukan kegiatan kali ini kedalam jadwal kegiatan ibu.
d. Kontrak yang akan datang
Suster harap ibu-ibu mau mengikuti TAK lagi ya. Tempat dan waktu akan disesuaikan nanti. Sekarang ibu-ibu bisa melanjutkan kembali kegiatannya masing – masing.










EVALUASI
1. Struktur
a. Proposal sudah disetujui pembimbing satu hari sebelum kegiatan
b. Persiapan dilakukan satu hari sebelum kegiatan, termasuk ijin menggunakan
b. tempat .
c. Telah dilakukan diskusi kelompok untuk tugas pembagian tugas TAK dan role play (Leader, Co leader, Observer, Fasilitator,)
2. Proses
a. Peserta aktif dalam mengikuti kegiatan sampai selesai
b. 75 % klien dapat mengikuti kegiatan sampai selesai
b. Pegiatan dilaksanakan tepat waktu
c. Leader dan Co leader dapat mengarahkan peserta untuk aktif melaksanakan
kegiatan
d. Observer dapat melaporkan jalannya kegiatan
3. Hasil
a. Sekurang-kurangnya 80% klien dapat menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok
b. Sekurang-kurangnya 80% klien dapat menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi









LAPORAN PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
SOSIALISASI SESI III
DI RUANG REHABILITASI RSJ Dr. SOEHARTO HEERDJAN


Topik : Terapi Aktivitas Kelompok :Sosialisasi Sesi 3
Hari/tanggal: Rabu / 1 April 2009
Waktu : 15 menit (10.00-10.20 WIB)
Pelaksana : Mahasiswa Program Profesi Ners STIKes faletehan serang
Ruang : Rehabilitasi Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan

Tujuan umum
 Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
Tujuan khusus
 Klien mampu menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok
 Klien mampu menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi

Sasaran : Klien Isolasi Sosial di Ruang Mawar
Leader : Lukmanul Hakim
Co.leader: Lengga Kusnandar
Observer : Neneng Hasanah
Fasilitator: Euis Mulyani, Dewi anggraeni, Inna Yuliana



Evaluasi
1. Struktur
- Mengajukan proposal 3 sebelum TAK
- Meminta izin kepada kepala ruangan mawar untuk melaksanakan TAK
- Meminta izin kepada Kepala Ruangan rehabilitasi untuk melakukan TAK
- Konsultasi proposal
- ACC proposal
- Tim terapis hadir seluruhnya dalam kegiatan TAK
- Mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk kegiatan TAK
- Klien yang sudah dipilih dan memenuhi kriteria dan klien tidak hadir semua dalam kegiatan TAK
- Klien dapat mengikuti TAK dari awal sampai akhir

2. Proses
Terapis dapat melaksanakan tugasnya masing-masing meskipun saat kegiatan TAK berlangsung masih terdapat kekurangan. Berikut ini hal-hal positif dan hambatan-hambatan yang terjadi selama TAK berlangsung:
a. Hal Positif:
- Pelaksanaan TAK sesuai dengan jadwal yang sudah direncanakan
- Leader dapat memimpin TAK dan tujuan tercapai.
- Co. Leader dapat mendampingi leader saat kegiatan TAK
- Peserta aktif dan mengikuti sampai akhir kegiatan
- Selama kegiatan TAK klien dapat memperaktekan yang diajarkan dan
- dianjurkan oleh leader (menanyakan tentang kehidupan pribadi : yang di senengi, disegani, dipercaya, terdekat dan dalam hal pekerjaan)
- Observer dapat melaporkan hasil jalanya kegiatan TAK

b. Hambatan – Hambatan:
- Peserta TAK ada yang kurang kooperatif
- Peserta TAK ada yang tidak mengikuti TAK sampai kegiatan selesai
- Fasilitator kurang berinisiatif dalam pelaksanaan TAK

3. Hasil
a. 85% peserta TAK kemampuan verbal (bertanya) tentang kehidupan pribadi pada teman sebelah kananya dan 90% peserta TAK kemampuan verbal (menjawab) tentang kehidupan pribadinya.
b. 100% peserta TAK dapat memberikan tanggapan terhadap pertanyaan yang ditujukan Kepada peserta.

4. Klien
 Ny.N : Klien koperatif dalam mengikuti kegiatan TAK. klien mampu melakukan cara menanyakan tentang kehidupan pribadi teman sebelahnya.
 Ny.U : Klien koperatif dalam mengikuti kegiatan TAK. klien mampu menanyakan dan menjawab tentang kehidupan pribadi teman sebelahnya
 Ny.Dj : Klien koperatif dalam mengikuti kegiatan TAK, dan mampu menanyakan dan menjawab tentang kehidupan pribadi teman sebelahnya akan tetapi klien tidak dapat mengikuti kegiatan TAK sampai selesai
 Ny. Js : Klien koperatif dalam mengikuti kegiatan TAK. Dan Klien mampu menanyakan dan menjawab tentang kehidupan pribadi teman sebelahnya.
 Ny.S : Klien koperatif dalam mengikuti kegiatan TAK. dan mampu menanyakan dan menjawab tentang kehidupan pribadi teman sebelahnya
 Ny.Y : Klien koperatif dalam mengikuti kegiatan TAK. Klien mampu menanyakan kehidupan pribadi teman sebelahnya. dan mampu menanyakan dan menjawab tentang kehidupan pribadi teman sebelahnya.

5. Kesimpulan
Evaluasi kegiatan TAK telah dilakukan oleh kelompok didapatkan sekitar 85% peserta dapat mengikuti kegiatan TAK sesi 3 yaitu dapat menanyakan kehidupan pribadi teman sebelahnya dan 90 % peserta dapat menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadinya teman sebelahnya.















Formulir evaluasi: TAK

TAK
KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP

a. Kemampuan verbal;Bertanya
No Aspek yang di nilai Nama Klien
Ny.N Ny.U Ny.Dj Ny.Js Ny.S Ny.Y
1 Mengajukan pertanyaan yang jelas      
2 Mengajukan pertanyaan yang ringkas   X X  
3 Mengajukan pertanyaan yang relevan      
4 Mengajukan pertanyaan secara spontan X   X  
Jumlah 75% 100% 75% 50% 100% 100%


b.Kemampuan verbal;Menjawab
No Aspek yang di nilai Nama Klien
Ny.N Ny.U Ny.Dj Ny.Js Ny.S Ny.Y
1 Menjawab dengan jelas      
2 Menjawab dengan ringkas X     
3 Menjawab dengan relevan      X
4 Menjawab dengan spontan      
Jumlah 75% 100% 100% 100% 100% 75%

c. kemampuan non verbal
No
Aspek yang di nilai Nama klien
Ny.N Ny.U Ny.Dj Ny.Js Ny.S Ny.Y
1 Kontak mata      
2 Duduk tegak      
3 Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai X   X  
4 Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir   X   
Jumlah 75% 100% 75% 75% 100% 100%

Petunjuk :
1. Dibawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAKS
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda ’√’ (check list) jika ditemukan pada klien atau tanda “× “ jika tidak ditemukan
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan
 Kemampuan verbal, disebut mampu jika mendapat nilai ≥ 6; disebut belum mampu jika mendapat nilai ≤ 5
 Kemampuan non verbal, disebut mampu jika mendapat nilai 3 atau 4; disebut belum mampu mendapat nilai ≤ 2. Kemampuan verbal, disebut mampu jika mendapat nilai ≥ 6; disebut belum mampu jika mendapat nilai ≤ 5




DAFTAR PUSTAKA


Suliawati (2005). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa Jakarta : EGC.
Keliat Budi anna (2005). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.









LAPORAN PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
SOSIALISASI SESI 3
DI RUANG REHABILITASI RSJ SOEHARTO HEERDJAN


Topik : Terapi Aktivitas Kelompok :Sosialisasi Sesi 3
Hari/tanggal: Rabu / 1 April 2009
Waktu : 15 menit (10.00-10.20 WIB)
Pelaksana : Mahasiswa Program Profesi Ners STIKes faletehan serang
Ruang : Rehabilitasi Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan

Tujuan umum
 Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
Tujuan khusus
 Klien mampu menanyakan kehidupan pribadi kepada satu orang anggota kelompok
 Klien mampu menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi

Sasaran : Klien Isolasi Sosial di Ruang Mawar
Leader : Lukmanul Hakim
Co.leader: Lengga Kusnandar
Observer : Neneng Hasanah
Fasilitator: Euis Mulyani, Dewi anggraeni, Inna Yuliana

Evaluasi
1. Struktur
- Mengajukan proposal 3 sebelum TAK
- Meminta izin kepada kepala ruangan mawar untuk melaksanakan TAK
- Meminta izin kepada Kepala Ruangan rehabilitasi untuk melakukan TAK
- Konsultasi proposal
- ACC proposal
- Tim terapis hadir seluruhnya dalam kegiatan TAK
- Mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk kegiatan TAK
- Klien yang sudah dipilih dan memenuhi kriteria dan klien tidak hadir semua dalam kegiatan TAK
- Klien dapat mengikuti TAK dari awal sampai akhir

2. Proses
Terapis dapat melaksanakan tugasnya masing-masing meskipun saat kegiatan TAK berlangsung masih terdapat kekurangan. Berikut ini hal-hal positif dan hambatan-hambatan yang terjadi selama TAK berlangsung:
a. Hal Positif:
- Pelaksanaan TAK sesuai dengan jadwal yang sudah direncanakan
- Leader dapat memimpin TAK dan tujuan tercapai.
- Co. Leader dapat mendampingi leader saat kegiatan TAK
- Peserta aktif dan mengikuti sampai akhir kegiatan
- Selama kegiatan TAK klien dapat memperaktekan yang diajarkan dan
- dianjurkan oleh leader (menanyakan tentang kehidupan pribadi : yang di senengi, disegani, dipercaya, terdekat dan dalam hal pekerjaan)
- Observer dapat melaporkan hasil jalanya kegiatan TAK

b. Hambatan – Hambatan:
- Peserta TAK ada yang kurang kooperatif
- Peserta TAK ada yang tidak mengikuti TAK sampai kegiatan selesai
- Fasilitator kurang berinisiatif dalam pelaksanaan TAK



3. Hasil
a. 85% peserta TAK kemampuan verbal (bertanya) tentang kehidupan pribadi pada teman sebelah kananya dan 90% peserta TAK kemampuan verbal (menjawab) tentang kehidupan pribadinya.
b. 100% peserta TAK dapat memberikan tanggapan terhadap pertanyaan yang ditujukan Kepada peserta.

4. Klien

 Ny.N : Klien koperatif dalam mengikuti kegiatan TAK. klien mampu melakukan cara menanyakan tentang kehidupan pribadi teman sebelahnya.
 Ny.U : Klien koperatif dalam mengikuti kegiatan TAK. klien mampu menanyakan dan menjawab tentang kehidupan pribadi teman sebelahnya
 Ny.Dj : Klien koperatif dalam mengikuti kegiatan TAK, dan mampu menanyakan dan menjawab tentang kehidupan pribadi teman sebelahnya akan tetapi klien tidak dapat mengikuti kegiatan TAK sampai selesai
 Ny. Js : Klien koperatif dalam mengikuti kegiatan TAK. Dan Klien mampu menanyakan dan menjawab tentang kehidupan pribadi teman sebelahnya.
 Ny.S : Klien koperatif dalam mengikuti kegiatan TAK. dan mampu menanyakan dan menjawab tentang kehidupan pribadi teman sebelahnya
 Ny.Y : Klien koperatif dalam mengikuti kegiatan TAK. Klien mampu menanyakan kehidupan pribadi teman sebelahnya. dan mampu menanyakan dan menjawab tentang kehidupan pribadi teman sebelahnya.

5. Kesimpulan
Evaluasi kegiatan TAK telah dilakukan oleh kelompok didapatkan sekitar 85% peserta dapat mengikuti kegiatan TAK sesi 3 yaitu dapat menanyakan kehidupan pribadi teman sebelahnya dan 90 % peserta dapat menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadinya teman sebelahnya.
Formulir evaluasi: TAK

TAK
KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP

a. Kemampuan verbal;Bertanya
No Aspek yang di nilai Nama Klien
Ny.N Ny.U Ny.Dj Ny.Js Ny.S Ny.Y
1 Mengajukan pertanyaan yang jelas      
2 Mengajukan pertanyaan yang ringkas   X X  
3 Mengajukan pertanyaan yang relevan      
4 Mengajukan pertanyaan secara spontan X   X  
Jumlah 75% 100% 75% 50% 100% 100%


b.Kemampuan verbal;Menjawab
No Aspek yang di nilai Nama Klien
Ny.N Ny.U Ny.Dj Ny.Js Ny.S Ny.Y
1 Menjawab dengan jelas      
2 Menjawab dengan ringkas X     
3 Menjawab dengan relevan      X
4 Menjawab dengan spontan      
Jumlah 75% 100% 100% 100% 100% 75%

c. kemampuan non verbal
No
Aspek yang di nilai Nama klien
Ny.N Ny.U Ny.Dj Ny.Js Ny.S Ny.Y
1 Kontak mata      
2 Duduk tegak      
3 Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai X   X  
4 Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir   X   
Jumlah 75% 100% 75% 75% 100% 100%

Petunjuk :
1. Dibawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAKS
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda ’√’ (check list) jika ditemukan pada klien atau tanda “× “ jika tidak ditemukan
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan
 Kemampuan verbal, disebut mampu jika mendapat nilai ≥ 6; disebut belum mampu jika mendapat nilai ≤ 5
 Kemampuan non verbal, disebut mampu jika mendapat nilai 3 atau 4; disebut belum mampu mendapat nilai ≤ 2. Kemampuan verbal, disebut mampu jika mendapat nilai ≥ 6; disebut belum mampu jika mendapat nilai ≤ 5

STRATEGI PELAKSANAAN

STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI

Hari / Tanggal : Kamis / 12-03-09
Hari ke / Pertemuan ke : 3/1

I. Proses Keperawatan
a. Kondisi klien
DS :
- Klien mengatakan mudah marah, cepat tersinggung, jengkel / kesal
- Klien mengatakan sulit tidur
DO :
- Mata klien tampak merah dan melotot
- Wajah klien tampak tegang
- Nada suara klien terdengar tinggi
- Klien tampak berdebat
- Klien sering memaksakan pendapat
- Klien tampak merampas barang milik orang lain
- Klien tampak memukul dan melukai orang lain
- Sering mengeluarkan ancaman
- Klien tampak merusak lingkungan

b. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan

c. Tujuan Khusus
 Klien dapat membina hubungan saling percaya
 Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
 Klien Dapat Mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
 Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
 Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
 Klien dapat mengidentifikasi cara konstruksi dalam mengungkapkan kemarahan
 Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasaan
d. Tindakan keperawatan
 Bina Hubungan saling percaya
 Identifikasi penyebab perilaku kekerasan
 Identifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
 Identifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan
 Identifikasi akibat perilaku kekerasan
 Bantu klien memperaktekan latihan cara mengontrol fisik
 Anjurkan klien memasukkan kegiatannya dalm jadwal harian

II. Proses Pelaksanaan Tindakan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi Pak ? Perkenalkan nama saya Dewi Anggraeni, saya biasa dipanggil Dewi, kalau boleh tahu nama Bapak siapa dan senangnya dipanggil siapa ? Saya mahasiswa STIKES Faletehan Serang yang sedang bertugas disini, saya akan merawat bapak selama 3 minggu, mulai hari senin sampai Jum’at saya datang jam 08.00-14.00 WIB.
b. Evaluasi validasi
”Bagaimana perasaan bapak hari ini ?”
c. Kontrak
Topik : Bapak, untuk pertemuan pertama ini bagaimana kalau kita berbincang-bincang untuk saling mengenal dan mendiskusikan penyebab bapak bisa masuk ke RSJSH.!!!
Waktu : Bapak mau berbincang-bincang berapa lama? Bagaimana kalau suang ini, apakah bapak setuju ?
Tempat : Bapak kita mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau bincang-bincang disini saja ?
Tujuan : Hari ini kita akan berbincang-bincang agar kita saling mengenal dan mendiskusikan penyebab bapak bisa masuk ke RSJSH.

2. Fase kerja
” Kalau boleh tahu apa yang terjadi di rumah sampai bapak ada disini ? kenapa bapak bisa marah-marah dan mengamuk..? bapak tahu tanda-tanda jika bapak sedang marah atau jengkel ?kalau bapak sedang marah apa yang bapak biasa bapak lakukan..? apakah bapak tahu akibat dari apa yang telah bapak lakukan jika bapak marah....? kalau menurut saya itu tidak baik. Apa yang bisa bapak lakukan untuk meredamkan rasa marah bapak ? sebaiknya ketika bapak sedang kesal atau marah bapak dapat melakukan tarik nafas dalam. Begini ya pak....saya contohkan..pertama tarik nafas dalam dari hidung kemudian bapak keluarkan perlahan melalui mulut, kemudian bapak ulangi terus sampai emosi bapak mereda...!!!bapak mengerti.?

3. Fase terminasi
a. Evaluasi respon klien
- Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah berkenalan dan berbincang-bincang dengan saya ?
- Evaluasi objektif
Bapak kita tadi sudah berkenalan coba sebutkan kembali nama dan asal saya dari mana ? Bagus sekali, coba sekarang bapak praktekan cara mengendalikan amarah bapak seperti yang telah saya ajarkan tadi..? bagus...!!!
b. Rencana lebih lanjut
Nanti jika rasa marah yang bapak rasakan muncul, bapak lakukan cara yang tadi saya ajarkan,,yaitu dengan cara tarik nafas dalam ya pak . . . . !!! dan bapak bisa masukan kedalam jadwal kegiatan harian bapak..!!!
c. Kontrak yang akan datang
Topik : Bagaimana kalau besok kita latihan cara yang lain untuk mencegah dan mengontrol rasa marah bapak dengan cara kegiatan lain (pukul bantal)
Waktu : Bapak, kita mau bercakap-cakap jam berapa dan berapa lama? Baiklah besok kita bercakap-cakap selama 15 menit saja ya. . . .
Tempat : Bapak bagaimana kalau kita bercakap-cakap di kursi dekat ruang makan ini lagi ? Sampai bertemu besok pak, selamat istirahat ya pak . . !!!!

STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI
DI RUANG ELANG
( SP 2 P )

Hari / Tanggal : Jum’at / 13-03-09
Hari ke / Pertemuan ke : 4/2

I. Proses Keperawatan
a. Kondisi klien
DS : - Klien mengatakan pernah melakukan kekerasan
- Klien mengatakan pernah memukul orang tuanya
DO : - Bicara Klien Tampak Keras dan Cepat
- Wajah klien tampak tegang
- Klien sering memaksakan pendapat
- Klien tampak memukul-mukul pintu

b. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan

c. Tujuan Khusus
 Klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara latihan fisik II yaitu pukul bantal / Kasur

d. Tindakan Keperawatan
 Evaluasi Jadwal Kegiatan Harian Klien
 Latih klien mengontrol perlaku kekerasan dengan cara latihan fisik II ( pukul bantal / kasur )
 Anjurkan klien memasukan latihan fisik II ( Pukul bantal / kasur ) kedalam jadwal kegiatan harian

II. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat siang pak ? masih ingat dengan saya ? bagaimana tidurnya semalam...?
b. Evaluasi validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini ? Apakah Bapak sudak melalukan cara mengendalikan amarah bapak dengan Latihan fisik I ( Tarik nafas dalam )Ya bagus....!!!
c. Kontrak
Topik : Bapak, sesuai janji kita kemarin, siang ini kita akan berbincang-bincang untuk mendiskusikan cara mengendalikan amarah bapak dengan cara latihan fisik II yaitu dengan cara pukul bantal / kasur.!!!
Waktu : Sesuai yang sudah kita sepakati, kita akan berbincang-bincang selama 15 menit
Tempat : ”Bapak setuju kita berbincang-bincang di meja makan ?”
Tujuan : Agar Bapak dapat mengetahui cara yang lain untuk mengendalikan amarah bapak yaitu dengan cara pukul bantal / kasur.

2. Fase kerja
”baiklah bapak kita mulai saja perbincangan kita kali ini, sebelumnya saya akan menjelaskan caranya terlebih dahulu yah....jika bapak merasa kesal atau jengkel terhadap sesuatu sebaiknya bapak ambil bantal atau kasur, kemudian bapak pukul bantal tersebut sampai emosi bapak mereda, karena itu tidak membahayakan seseorang dan lebih baik dari pada bapak pukul pintu atau kursi, karena bisa menyebabkan tangan bapak bisa sakit. bapak mengerti ?


3. Fase terminasi
a. Evaluasi respon
- Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bpk sekarang setelah berbincang-bincang tentang latihan fisik II yaitu pukul bantal ?
- Evaluasi objektif
Coba bpk Praktekan kembali cara mengendalikan amarah bapak dengan latihan fisik II ?
b. Rencana tindak lanjut
Nah...Saya harap bapak dapat melakukan cara latihan fisik II dengan cara pukul bantal atau kasur jika perasaan marah atau jengkel itu muncul dan masukan kedalam jadwal kegiatan harian bapak !!!
c. Kontrak yang akan datang
Topik : bapak, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi untuk mendiskusikan cara mengendalikan amarah bapak dengan cara yang lain yaitu dengan cara verbal tanpa menyakiti orang lain.
Waktu : bapak, mau berbincang-bincang jam berapa ? Selama berapa lama ? Bagaimana kalau jam 10 selama 15 menit.
Tempat : Dimana kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di ruang makan saja (di tempat ini), sampai jumpa besok, selamat beristirahat









STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI
DI RUANG ELANG
( SP 3 P )

Hari / Tanggal : Sabtu / 14-03-09
Hari ke / Pertemuan ke : 5/3

I. Proses Keperawatan
a. Kondisi klien
DS :
- Klien mengatakan sudah melakukan cara tarik nafas dalam dan pukul bantal.
- Klien mengatakan sudah bisa mengontrol emosi

DO :
- Klien tampak sedang memperagakan cara mengontrol amarahnya dengan cara pukul bantal
- Klien tampak curiga dan tegang

b. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan
c. Tujuan Khusus
 Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara verbal tanpa menyakiti orang lain dan diri sendiri.

d. Tindakan Keperawatan
 Evaluasi jadwal kegiatan harian klien
 Latih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal
 Anjurkan klien memasukan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal kedalam jadwal kegiatan harian.

II. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
”Selamat pagi pak ? masih ingat dengan saya?? Bagaimana tidurnya semalam?? Nyenyak tidak??.”
b. Evaluasi validasi
Bagaimana perasaan bapak saat ini ? Apa yang sudah bapak lakukan dengan cara yang sudah saya ajarkan sebelumnya?? Bagus. .
c. Kontrak
Topik : ”Bapak, sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan berbincang-bincang tentang cara mengendalikan amarah bapak dengan cara verbal tanpa menyakiti orang lain dan diri sendiri ”
Waktu : Sesuai yang sudah kita sepakati, kita akan berbincang-bincang selama 15 menit..bapak setuju?
Tempat : Sesuai dengan janji kita kemarin kita akan berbincang-bincang di ruang makan !!!
Tujuan : Agar bapak mengetahui cara yang lain untuk mengontrol amarah bapak. . . yaitu dengan cara verbal.

2. Fase kerja
” Baiklah bapak kita mulai saja perbincangan kita hari ini, kemarin kita telah mendiskusikan cara amarah bapak dengan cara tarik nafas dalam dan pukul bantal. Dan sekarang kita akan mendiskuisikan cara yang lain yaitu dengan cara verbal, sebelumnya saya akan menjelaskan terlebih dahulu, jika bapak sedang kesal atau marah bapak bisa melakukan dengan cara berbincang-berbincang dengan teman tanpa melukai orang yang bapak ajak bicara, misalnya bapak mengajak ngobrol perawat yang ada disini dan bapak menceritakan keluh-kesal bapak, ,atau kata lainnya curhat. Bapak mengerti !!! ”

3. Fase terminasi
a. Evaluasi respon
- Evaluasi subjektif
”Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang dengan saya tentang cara mengontrol amarah dengan cara verbal??”
- Evaluasi objektif
”Coba bapak sebutkan kembali apa yang telah kita diskusikan tadi?”
b. Rencana tindak lanjut
”Saya harap besok bapak dapat melakukan cara yang sudah saya ajarkan tadi yaitu mengontrol amarahnya dengan cara verbal!!”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : ”Bapak, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol amarah dengan cara spiritual !!!”
Waktu : Bapak, mau berbincang-bincang jam berapa ? Berapa lama ? Bagaimana kalau jam 10.30 selama 15 menit ?
Tempat : Dimana kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di sini lagi (di tempat makan) ? Sampai jumpa besok, selamat beristirahat

STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI
DI RUANG ELANG
S P 4 P

Hari / Tanggal : Senin / 16-03-09
Hari ke / Pertemuan ke : 7/4

I. Proses Keperawatan
a. Kondisi klien
DS : - Klien mengatakan sudah bisa mengontrol emosi jika kesal
DO : - Klien tampak kooperatif
- Kontak mata terjalin
- Klien tampak mengepalkan tangan kanannya

b. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan

c. Tujuan Khusus
 Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual

d. Tindakan Keperawatan
 Evaluasi jadwal kegiatan harian
 Latih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual
 Anjurkan klien memasukan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual dalam jadwal kegiatan harian





II. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi pak ? bagaimana tidurnya bapak semalam??nyenyak atau tidak bisa tidur?”
b. Evaluasi validasi
”Bagaimana perasaan bapak pagi hari ini ? apakah bapak masih ingat cara mengontrol amarah yang telah saya ajarkan selama ini?? Coba bapak sebutkan ?? ya . . bagus bapak ini memang pintar.”
c. Kontrak
Topik : Bapak, sesuai janji kita kemarin hari ini kita akan bbberbincang- bincang tentang cara mengontrol amarah hhdengan cara spiritual
Waktu : Sesuai kontrak kita yang sudah kita sepakati, kita akan k.berbincang-bincang selama 15 menit
Tempat : Bapak, bagaimana kalau kita berbincang-bincang di ruang makan
Tujuan : Supaya bapak dapat megontrol amarah dengan cara spiritual

2. Fase kerja
“ Baiklah pak . . . perbincangan kita lebih bagus dimulai saja, coba saya lihat jadwal kegiatan harian bapak selama beberapa hari ini !!! Bagus . . bapak selalu melakukannya, sekarang saya akan mengajarkan cara mengontrol amarah dengan cara spiritual, , misalnya yang pertama bapak ambil air wudhu, , kemudian bapak berdoa, , lebih bagus lagi bapak sholat dan mengaji, bapak paham apa yang saya katakana!!!”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi respon
- Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang dengan saya tentang cara mengontrol amarah dengan cara spiritual yang sudah saya jelaskan tadi??”
- Evaluasi objektif
“Coba bapak sebutkan cara spiritual yang bisa bapak lakukan ketika bapak marah atau kesal??”
b. Rencana tindak lanjut
“Diharapkan bapak dapat melakukan cara yang tadi sudah saya jelaskan”
c. Kontrak yang akan datang
Topik : Pak, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang menontrol perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat
Waktu : Bapak, mau berbincang-bincang jam berapa ? Berapa lama ? Bagaimana kalau jam 09.30, selama 15 menit ya ? Kita bertemu hari Senin ya ?
Tempat : Dimana kita berbincang-bincang ? Bagaimana kalau disini lagi di ruang makan ? Sampai jumpa besok ya pak, selamat beristirahat












STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI
DI RUANG ELANG
( SP 5 p )

Hari / Tanggal : Selasa / 17-03-09
Hari ke / Pertemuan ke : 8/5

I. Proses Keperawatan
a. Kondisi klien
DS : - Klien mengatakan sudah tidak emosi lagi.
- Klien mengatakan sudah bisa meredam emosinya.
DO : - Klien tampak kooperatif
- Kontak mata terjalin.
- Klien tidak terlihat tegang.
- Klien terlihat santai

b. Diagnosa Keperawatan
Perilaku kekerasan

c. Tujuan Khusus
 Klien dapat menggunakan obat sesuai dengan program yang telah diterapkan

d. Tindakan Keperawatan
 Evaluasi jadwal kegiatan harian Klien
 Jelaskan cara mengontrol Perilaku kekerasan dengan minum obat
 Anjurkan klien memasukan minum obat kedalam jadwal kegiatan harian.


II. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi pak ? bagaimana tidurnya semalam ?
b. Evaluasi validasi
“Bagaimana perasaan bapak hari ini ? apa bapak sudah melakuakn cara-cara yang sudah saya ajarkan pada pertemuan sebelumnya ? bagus !!!

c. Kontrak
Topik : Bapak, sesuai janji kita kemarin siang ini kita akan berbincang-bincang tentang cara mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat
Waktu : Sesuai yang sudah kita sepakati, kita akan berbincang-bincang selama 15 menit
Tempat : Bpk setuju kita berbincang-bincang di tempat makan
Tujuan : Perbincangan kita kali ini tujuannya agar bpk mengetahui manfaat minum obat, kerugian minum obat dan mengetahui 5 benar cara minum obat.

2. Fase kerja
“ Baiklah bapak kita mulai saja yah perbincangan kali ini, sebelumnya coba saya lihat jadwal kegiatan harian bapak !!! bapak tahu tidak apa manfaat minum obat secara teratur…? Kalau bapat tidak minum obat secara teratur bagaimana …? Bapak bisa sebutkan 5 benar cara minum obat…? Saya akan jelasakan ya pak!!! 5 benar minum obat yaitu : benar obat, Benar Orang, Benar Dosis, Benar Waktu, dan benar cara. Keuntungan minum obat secara teratur adalah untuk mencegah kekambuhan dan kerugiannya adalah dapat menyebabkan kekambuhan dan bapak bisa mengalami sakit seperti ini akan semakin lama..!!!

3. Fase terminasi
-
a. Evaluasi subjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang mengontrol amarah dengan cara minum obat ???
b. Evaluasi objektif
Coba bapak sebutkan kembali keuntungan minum obat secara teratur, kerugian tidak minum obat dan coba sebutkan juga 5 benar cara minum obat….??? Bagus ..bapak masih bisa mengingatnya..!!!
c. Rencana tindak lanjut
Saya harap bapak dapat memahami dan melakukan cara mengontrol amarah dengan patuh minum obat seperti yang telah saya jelaskan. Dan bapak masukan kedalam jadwal kegiatan harian.
d. Kontrak yang akan datang
Topik : Bapak, besok kita bertemu lagi, kita akan membahas tentang masalah halusinasi yang bapak alami..!!!
Waktu : Bapak, mau jam berapa kita bertemu dan berapa lama ? Jam 10.00 selama 15 menit yah.
Tempat : Dimana kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau disini lagi (tempat makan) ? Baik sampai jumpa besok selamat beristirahat

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN PERILAKU KEKERASAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart & Sundeen, 1998). Perasaan marah berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif. Bila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif dan menantang, biasanya dilakukan individu karena merasa kuat. Cara demikian dapat menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan menimbulkan tingkah laku yang destruktif, sehingga menimbulkan perilaku kekerasan yang ditujukan pada orang lain maupun lingkungan dan bahkan akan merusak diri sendiri.
Respon melawan dan menentang merupakan respon yang maladaptif, yang timbul sebagai akibat dari kegagalan sehingga menimbulkan frustasi. Hal ini akan memicu individu menjadi pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang. Perilaku kekerasan yang ditampakkan dimulai dari yang rendah sampai tinggi yaitu agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberikan kata-kata ancaman tanpa niat melukai sampai pada perilaku kekerasan atau gaduh gelisah.
Perilaku kekerasan dengan resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan ini sebagian besar mudah dilihat di ruang Elang, karena ruang Elang merupakan ruang akut, ruang pertama klien rawat inap, semua gejala skizofrenia dapat jelas diobservasi. Karakteristik masalah klien di ruang Elang dari Januari –februari 2009 didapatkan data yang mengalami perilaku kekerasan terdiri dari 31 orang (20,6%). Halusinasi terdiri dari 102 orang (68%), isolasi sosial terdiri dari 12 orang (8%), HDR terdiri dari 1 orang (0,8%) dan waham terdiri dari 4 orang (2,6%).
Perawat harus mampu memutuskan tindakan yang tepat dan segera, terutama jika klien berada pada fase amuk. Kemampuan perawat berkomunikasi secara terapeutik dan membina hubungan saling percaya, sangat diperlukan dalam penanganan klien marah pada semua fase amuk / perilaku kekerasan. Dengan dasar ini perawat akan mempunyai kesempatan untuk menurunkan emosi dan perilaku amuk agar klien mampu merubah perilaku marah yang destruktif menjadi perilaku marah yang konstruktif.
Berdasarkan uraian diatas, kelompok tertarik mengangkat masalah keperawatan utama perilaku kekerasan dengan judul makalah “Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan masalah utama Perilaku Kekerasan di ruang Elang Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2009”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diperoleh secara nyata dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan tindakan keperawatan mahasiswa diharapkan mampu :
a. Mengkaji pada klien dengan perilaku kekerasan.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan.
c. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan
e. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada klien dengan perilaku kekerasan.
f. Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan yang dilakukan.

C. Proses Pembuatan Makalah
Kelompok yang berjumlah 6 orang praktek di ruang Elang selama 3 minggu yaitu mulai tanggal 10 – 25 Maret 2009, mahasiswa bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan semua klien yang dirawat di ruang tersebut dengan cara membagi habis pasien yang ada di ruang Elang saat mahasiswa berpraktek. Jumlah pasien yang ada 30 orang sehingga masing-masing mahasiswa mendapatkan 5 pasien. Mahasiswa memilih 2 pasien, satu untuk klien kelolaan dan satu untuk pasien resume. Berdasarkan kesepakatan kelompok setelah mengobservasi semua pasien akhirnya kelompok tertarik dan sepakat untuk memilih kasus kelolaan pada kasus Tn.M dengan masalah utama perilaku kekerasan.
Alasan kelompok memilih Tn.M. sebagai pasien kelolaan kelompok, karena pada kasus Tn. M bila tidak ditangani klien dapat melakukan tindakan kekerasan.
Asuhan keperawatan pada Tn.M diawali oleh satu orang mahasiswa yang melakukan pendekatan secara intensive sebagai klien kelolaan. Selanjutnya kelompok mengadakan interaksi secara bergantian dengan klien untuk membina hubungan saling percaya, strategi yang dilakukan yaitu dengan cara anggota kelompok secara bergantian melakukan implementasi sesuai dengan masalah yang ditemukan pada klien.
Pada tahap evaluasi, mahasiswa melakukan koordinasi antar mahasiswa terutama dalam rencana yang akan datang sehingga ada kesinambungan antara yang telah dilakukan anggota kelompok yang satu dengan anggota kelompok yang lain. Mahasiswa melakukan pendokumentasian dan mengkonsultasikannya dengan pembimbing klinik maupun pembimbing akademik tentang implementasi yang dilakukan.
Konsultasi dengan pembimbing dilaksanakan pada minggu ke-4, dan akhirnya makalah siap untuk diseminarkan pada minggu ke-5 akhir di ruang diklat rumah sakit Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.





BAB II
GAMBARAN KASUS

A. Pengkajian
Tn.M. berusia 35 tahun dengan No. RM 010649. klien dirawat di rumah sakit jiwa Dr. Soeharto Heerdjan pada tanggal 06 Maret 2009. Berdasarkan status klien diruangan dan keterangan keluarga pada saat dilakukan kunjungan rumah, didapatkan data bahwa klien dirumah suka gelisah, ngamuk, tidak bisa tidur, bicara sendiri, tertawa sendiri, suka curiga terhadap orang, mondar-mandir,suka melawan pada orang tua, klien suka melamun dan menyendiri, Menurut orang tua klien, klien jika ada masalah atau lagi kesal sama orang lain tidak pernah cerita tetapi klien suka menyendiri dikamar dan lama kelamaan kekesalan tersebut dilampiaskan dengan memukul. Sebelumnya klien pernah dirawat di Rumah RSCM dan pernah masuk ke yayasan Joglo kurang lebih 1 bulan. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil, karena klien tidak teratur minum obat. Dan pada akhirnya klien dirawat inap di rumah sakit jiwa Dr. Soeharto Heerdjan. Klien mengatakan alasan klien dirawat yaitu karena klien suka pukul-pukul barang yang ada disekitarnya seperti jendela dan pintu. Klien juga mengatakan pernah memukul orang tuanya karena kesal dan marah sewaktu tidak dibelikan rokok. Klien juga mengatakan marahnya karena kesal melihat orang yang berkumpul, menurut klien orang yang berkumpul tersebut sedang membicarakannya. Klien juga mengatakan setiap dia kesal selalu melampiaskan dengan pukul-pukul atau dengan mencaci maki orang tersebut kemudian di pukul. klien mengatakan mendengar suara- suara yang menyuruhnya marah- marah dan memukul, klien mengatakan hari ini belum mandi. Pada saat dikaji ekspresi wajah klien tampak tegang, sorot mata klien tampak tajam, nada suara klien tinggi, klien tampak sedang mendengarkan sesuatu, klien tampak menoleh ke arah suara, emosi klien labil, klien juga pukul-pukul pintu ruang isolasi, badan klien tampak kotor dan menggaruk kepala, klien pukul-pukul pintu karena tidak diberikan rokok oleh perawat. Klien mengatakan merasa kesal tidak diberikan rokok. Muka klien merah, klien juga mengatakan sulit untuk menahan kekesalan dan emosi. Klien juga mengatakan emosinya tidak stabil, merasa ingin marah-marah dan mudah jengkel/kesal. Klien berkomunikasi baik tetapi nada suara naik turun, tangan klien tampak terdapat bekas luka, pada saat ditanya luka tersebut bekas memukul pintu dan jendela. Klien mengatakan merasa tidak dihargai oleh keluarga dan lingkungannya karena suka dianggap tidak waras dan tidak berguna. Orang tua klien mengatakan klien pernah kuliah tapi tidak sampai selesai. Selain itu klien juga pernah dikecewakan oleh seorang wanita karena orang tuanya menolak keinginan klien untuk mengawini anaknya. Diagnosa medik adalah gangguan psikotik akut dan sementara (F. 23) dan terapi medik Trihexypenidil 2mg :2x 1 tablet oral,Haloperidol 5mg : 2X 1 tablet oral,Chlorpromazine 100mg :1 X 1 tablet oral,Presidal 2mg : 2x 1 tablet oral
B. Masalah Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn.M dengan masalah utama perilaku kekerasan didapat masalah keperawatan sebagai berikut :

a. Perilaku kekerasan
DS :
- Klien mengatakan merasa kesal tidak diberikan rokok, sehingga klien pukul-pukul pintu ruang isolasi
- Klien mengatakan sulit untuk menahan kekesalan dan emosi
DO :
- Klien tampak emosi, muka merah, sorot mata tajam
- Nada suara naik turun
- Klien tampak pukul-pukul pintu ruang isolasi

b. Gangguang sensori persepsi : Halusinasi pendengaran
DS :
• Klien mengatakan suka mendengar suara-suara yang menyuruhnya untuk marah dan memukul orang
DO :
• Klien terlihat gelisah
• Klien tampak sedang mendengarkan sesuatu
• Klien tampak tertawa sendiri

c. Isolasi Sosial
DS :
• Keluarga mengatakan malas berkumpul dengan orang lain
DO :
• Klien tampak menyendiri
• Klien tampak mondar-mandir

d. Harga diri rendah
DS :
• Klien mengatakan malu ngobrol dengan orang lain
• Klien mengatakan merasa tidak di hargai

DO :
• Klien tampak menyendiri
• Kontak mata (-)

e. Defisit Perawatan Diri
DS :
• Klien mengatakan gatal dibagian kepala
• Klien mengatakan belum mandi
DO :
• Klien tampak badannya kotor
• Rambut Klien tampak Kusut dan Kotor
• Klien tampak menggaruk kepalanya

f. Regiment Terapeutik inefektif
DS :
• Keluarga mengatakan klien dulu pernah di rawat di RSCM.
• Klien juga sebelum dirawat di RSJSH sering berobat jalan di RSJSH tetapi klien kadang meminumnya kadang tidak
DO :
• Dari status klien, klien pernah berobat jalan dari tahun 2006 yaitu setelah dirawat di RSCM
• Klien pernah dirawat dan berobat jalan tahun 2008

g. Risiko Perilaku Kekerasan.
DS : .
• Klien mengatakan pernah memukul orang tuanya karena kesal dan marah.
• Klien mengatakan sulit untuk menahan emosinya

DO :
• Sorot mata klien tampak tajam
• Nada suara klien tinggi
• Klien terlihat sulit menahan emosinya
• Ekspresi wajah klien tampak tegang
• Klien tampak pukul-pukul pintu ruang isolasi.
• Tangan klien tampak terdapat bekas luka
C. Pohon Masalah dan Susunan Diagnosis Keperawatan
1. Pohon Masalah
Resiko Perilaku Kekerasan







Harga Diri Rendah







2. Susunan Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn. M, maka susunan diagnosa keperawatan berdasarkan prioritasnya adalah sebagai berikut :
a) Perilaku kekerasan
b) Resiko Perilaku Kekerasan
c) Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
d) Isolasi Sosial
e) Harga Diri Rendah
f) Defisit Perawatan Diri
g) Koping Keluarga Inefektif
h) Regiment Terapeutik Inefektif










BAB III
TINJAUAN TEORITIS

A. Proses Terjadinya Masalah
Marah adalah perasaan jengkel yang tidak terpenuhi sebagai respon terhadap kecemasan kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman oleh individu (Stuart and Sundeen, 1998).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik diri sendiri maupun orang lain.
Perilaku kekerasan merupakan respon maladaptif dari respon marah yang muncul sebagai akibat dari perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan, kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. (Stuart and Sundeen, 1998).
Perilaku kekerasan juga merupakan perasaan marah atau bermusuhan yang sangat kuat dimana individu tidak bisa mengontrol diri dan mengarah pada perilaku yang destruktif.
Saat seorang individu berada dalam suatu keadaan yang merupakan suatu ancaman bagi dirinya ataupun suatu kebutuhan, maka hal tersebut dapat menjadi stressor yang menyebabkan individu tersebut stress dan menimbulkan kecemasan. Apabila individu tidak dapat mengatasi kecemasannya, ketegangan yang dirasakan klien akan berlanjut menjadi rasa marah. Perasaan marah merupakan hal yang normal bagi individu, namun perilaku yang dimanifestasikan dan perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif.
Faktor predisposisi dari perilaku kekerasan yaitu faktor Psikologis, Biologis, dan Sosial Budaya. Faktor Psikologis yaitu kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat mendorong individu untuk berperilaku agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan, yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan. Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua dapat menstimulasi individu untuk mengobservasi perilaku kekerasan.
Faktor Biologis yaitu kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter, banyak pendapat mengatakan turut berperan dalam terjadinya kekerasan. Faktor Sosial Budaya yaitu teori lingkungan sosial: mengatakan bahwa sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma kebudayaan dapat mendukung individu untuk berespon agresif atau kasar. Teori belajar sosial: Perilaku agresif dapat dipelajari secara langsung maupun iritasi dari proses sosialisasi.
Faktor predisposisi perilaku kekerasan yang terjadi pada klien Tn. M yaitu faktor psikologis dimana Orang tua klien mengatakan klien pernah kuliah tapi tidak sampai selesai. Selain itu klien juga pernah dikecewakan oleh seorang wanita karena orang tuanya menolak keinginan klien untuk menikahi anaknya dan gadis tersebut malah menikah dengan orang lain.
Faktor Presipitasi dari perilaku kekerasan yaitu dari faktor klien yaitu kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri kurang. Lingkungan yaitu situasi lingkungan yang ribut, kritikan yang mengarah kepada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai / pekerjaan interaksi sosial yang provokatif dan konflik, semua hal tadi dapat merupakan perilaku kekerasan.
Sedangkan faktor presipitasi dari perilaku kekerasan yang terjadi pada klien Tn.M yaitu klien kurang percaya diri, selain itu klien pernah kecewa pada seorang gadis karena gadis tersebut telah menikah dengan orang lain.
Rentang respon






(Stuart, G.W and Sundeen, 1998)

Keterangan :
Respon marah Adaptif
Asertif : Ungkapan / pernyataan tidak suka yang diungkapkan secara langsung atau verbal tanpa menyinggung orang lain.
- Mempertimbangkan faktor sosial budaya dan lingkungan.
- Stimulus yang ada
- Merupakan respon yang adaptif
Frustasi : Terjadi karena gagal dalam mencapai tujuan
Penyebab :
a. Karena tidak realitas dalam menetapkan tujuan atau terlalu tinggi
b. Adanya hambatan saat proses menuju tujuan tersebut baik hambatan internal maupun eksternal.
Orang sudah merasa tidak mampu melakukan apa-apa.
Respon Maladaptif
Pasif : Merasa tidak berdaya, tidak mampu melakukan apa-apa.
Agresif : Perilaku yang menyertai marah dan merupakan pendorong untuk bertindak destruktif, tetapi klien masih dapat mengontrol dirinya.
Kekerasan : Perasaan marah / bermusuhan yang sangat kuat, klien tidak dapat mengendalikan diri, tidak dapat membedakan mana yang baik dan yang salah.
Perilaku klien mengarah pada perilaku destruktif.
Respon maladaptif pada klien Tn.M terletak pada respon agresif, bahkan klien sampai melakukan kekerasan. Agresif disini, klien suka merasa kesal atau jengkel.

Proses Terjadinya Kekerasan






















Tanda dan gejala perilaku kekerasan yaitu Fisik : Muka merah, berkeringat, pandangan tajam, sakit fisik, nafas pendek, tekanan darah meningkat, penyalahgunaan obat. Emosi : Tidak adekuat, rasa terganggu, tidak aman, marah / jengkel dan dendam. Sosial : Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan humor. Spiritual : Kemahakuasaan, keragu-raguan, tidak bermoral, kebejatan, kebajikan / kebenaran diri dan kreatifitas terhambat karena tidak dapat dipilih secara rasional. Intelektual : Mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, dan meremehkan.
Tanda dan gejala perilaku kekerasan pada klien Tn.M. yaitu secara fisik : pandangan tajam, muka klien merah, nada suara klien tinggi. Emosi : klien mengatakan emosinya tidak stabil (labil), klien merasa kesal karena tidak diberikan rokok, klien mengatakan sulit untuk menahan kekesalan dan emosi. Klien merasa ingin marah-marah dan mudah jengkel/kesal. Sosial : klien suka mencurigai orang yang berkumpul dan klien merasa tidak dihargai oleh lingkungannya karena suka dianggap tidak waras dan tidak berguna. Sedangkan untuk tanda dan gejala secara spiritual dan intelektual pada klien Tn.M tidak ada.

B. Tindakan Keperawatan
Diagnosa keperawatan perilaku kekerasan, TUM : klien dapat melanjutkan peran sesuai dengan tanggung jawab.SP I p (klien dapat mengidentifikasi penyebab PK, klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala PK, klien dapat mengidentifikasi PK yang dilakukan, klien dapat mengidentifikasi akibat PK, klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol PK, membantu klien memperaktekan latihan cara mengontrol fisik 1, menganjurkan klien memasukan dalam kegiatan harian. SP II p(mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih klien mengontrol PK dengan cara fisik 2, menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian). SP III p (mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih klien mengontrol PK dengan cara verbal, menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian). SP IV p (mengevalusi jadwal kegiatan harian klien, melatih klien mengontrol PK dengan cara spiritual, menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian). SP V p (mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum obat, menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian).


















BAB IV
PELAKSANAAN TINDAKAN

1. Perilaku kekerasan
Tujuan umum :
Klien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai dengan tanggung jawab
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan :
Pada Tn.M tindakan-tindakan keperawatan telah dilakukan dalam lima kali pertemuan tujuan khusus dilaksanakan dimana membina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik selama satu kali pertemuan yaitu dengan menyapa klien dengan ramah seperti memberi salam, memperkenalkan diri dengan sopan, menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien, menjelaskan maksud hubungan interaksi, menjelaskan kontrak yang akan dibuat, memberi rasa aman dan sikap empati, melakukan kontak singkat tapi sering. Kemudian dilanjutkan pada pertemuan pertama dengan mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yaitu dengan cara memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya, membantu klien untuk mengungkapkan penyebab jengkel/kesal. Mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan dilakukan yaitu dengan cara menganjurkan klien mengungkapkan yang dialami saat jengkel/marah, mengobservasi tanda perilaku kekerasan klien, menyimpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan yaitu dengan cara menganjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien, membicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai?. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, dilakukan pada pertemuan pertama. Kenudian mengidentifikasi cara konstruktif, dalam merespon terhadap kemarahan dengan cara menanyakan pada klien ”apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat?”, memberikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat, mendiskusikan dengan klien cara lain yang sehat (Secara fisik : tarik nafas dalam dan pada pertemuan kedua dilakukan implementasi dengan cara melatih klien melakukan cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara memukul bantal/kasur. Pada pertemuan ketiga perawat melakukan tindakan keperawatan dengan mengevaluasi jadwal kegiatan dan melatih klien untuk mengendalikan perilaku kekerasannya secara Verbal/sosial : menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik. Secara spiritual : menganjurkan klien sembahyang, berdo’a/ibadah lain, meminta pada tuhan untuk diberi kesabaran dan mengadukan pada Tuhan bahwa sedang kesal/jengkel).dilakukan pada pertemuan keempat. Mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan dilakukan selama lima kali pertemuan yaitu dengan membantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien, membantu mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih, membantu klien untuk menstimulasi cara tersebut (role play), memberikan reinforcement positif, menganjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel/marah. Menggunakan obat dengan benar (sesuai program pengobatan) dilakukan satu kali pertemuan yaitu pada pertemuan kelima yaitu dengan cara mendiskusikan tentang, manfaat minum obat secara teratur, kerugian tidak minum obat, dan prinsip 5 benar dalam pemberian obat (benar obat, benar orang, benar dosis, benar waktu, benar cara). Sedangkan untuk SP III k dalam masalah perilaku kekerasan yaitu dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan. Kelompok sudah melakukan intervensi pada saat home visite, dimana kelompok membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi kemampuan keluarga merawat klien, mendiskusikan kepada keluarga tentang pengertian perilaku kekerasan, tanda dan gejala perilaku kekerasan, akibat yang akan terjadi bila perilaku kekerasan tidak ditanggapi, cara keluarga menghadapi (merawat) klien perilaku kekerasan. Mendorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien dalam mengontrol perilaku kekerasan. Menganjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu. Memberikan pujian atas hal-hal yang telah dicapai keluarga.
Evaluasi
Kemampuan akhir yang klien tunjukkan pada masalah perilaku kekerasan adalah klien dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat mengenal penyebab, tanda-tanda perilaku kekerasan, perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, akibat perilaku kekerasan, serta klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan secara fisik : tarik nafas dalam atau memukul bantal/kasur. Secara verbal/sosial : menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik. Secara spiritual : menganjurkan klien sembahyang, berdo’a/ibadah lain, meminta pada tuhan untuk diberi kesabaran dan mengadukan pada Tuhan bahwa sedang kesal/jengkel, minum obat secara teratur, klien mendapat dukungan keluarga, klien juga dapat menyebutkan jenis obat, manfaat obat, kerugian dan efek samping obat.
Rencana Tindak Lanjut
Tindak lanjut untuk perilaku kekerasan, untuk klien adalah klien dapat melakukan cara konstruktif dalam merespon kemarahannya. Sedangkan untuk perawat adalah agar tetap mempertahankan SP I p – SP IV p (klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam merespon terhadap kemarahan) dan SP V p (klien dapat menggunakan obat dengan tepat).

2. Koping keluarga inefektif
Tujuan Umum :
Keluarga dapat merawat klien yang mengalami gangguan jiwa
Tindakan yang dilakukan :
Untuk mengetahui masalah ini, kelompok melakukan kunjungan rumah. Kegiatan yang dilakukan pada saat kunjungan rumah antara lain mendiskusikan dengan keluarga tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan klien sakit atau kambuh, mendiskusikan dengan keluarga tentang sikap keluarga saat menghadapi klien yang mengalami perilaku kekerasan, mendiskusikan dengan keluarga tentang pentingnya perawatan klien dirumah dan dirumah sakit, menjelaskan kepada keluarga bahwa keluarga merupakan mengambil keputusan dalam perawatan klien, mendiskusikan dengan keluarga tentang pentingnya perawatan klien dirumah dan dirumah sakit, mendiskusikan dengan keluarga cara merawat klien dirumah, mengidentifikasi bersama keluarga kondisi lingkungan yang dapat mendukung kesehatan klien, menganjurkan keluarga untuk mengatur lingkungan rumah yang mendukung kesehatan klien, menjelaskan peran dan fungsi keluarga dalam merawat klien dirumah, mendiskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang terdapat dimasyarakat, mendorong keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, mendiskusikan pentingnya peran dan potensi keluarga untuk mengatasi perilaku kekerasan, memberi motivasi keluarga untuk memberi dukungan klien selama diarawat di rumah sakit dan menyiapkan lingkungan yang mendukung kondisi klien dirumah, memberi pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat klien di rumah sakit, menganjurkan keluarga untuk mengunjungi klien secara rutin dan bergantian.
Evaluasi
Kemampuan akhir yang keluarga klien tunjukkan pada masalah penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif adalah keluarga mampu mengenal masalah kesehatan anggotanya, keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah klien, keluarga dapat dan mampu merawat klien, keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang terapeutik, keluarga dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat untuk merawat klien, keluarga dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada dikeluarga.
Rencana Tindak Lanjut
Tindak lanjut untuk penatalaksanaan regiment terapeutik, agar keluarga tetap berkonsultasi dan berobat jalan ke PusKesMas terdekat dengan dokter psikiater terdekat, walaupun klien sudah pulang dan selalu berobat jalan dan jangan sampai putus obat.
BAB V
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang keberhasilan tindakan yang dilakukan dan hambatan yang ditemukan selama berinteraksi dengan klien dan pemecahan masalah yang telah dilakukan sesuai dengan diagnosa keperawatan. Pada bab ini juga kelompok akan membahas kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan pada Tn. M dari pengkajian sampai evaluasi.
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Data yang diperoleh dari klien melalui interaksi dengan klien dan dari status klien yang ada di ruangan. Pada kasus Tn. M, yang kelompok amati terjadi perilaku kekerasan.
Faktor predisposisi yang menyebabkan klien mengalami gangguan jiwa karena klien pernah berhenti kuliah karena penyakit yang dialami sekarang dan karena ditanggal pacar yang sudah menikah dengan orang lain.
Dari hasil pengkajian Tn. M, ditemukan data yang sesuai dengan teori yaitu menunjukkan tanda-tanda perilaku kekerasan dimana klien mengatakan pukul-pukul benda yang terdapat disekitarnya, dan klien pun tampak berwajah tegang, wajah merah, tampak pukul-pukul pintu dan sebagainya. Pengkajian pada Tn. M tidak mengalami kesenjangan antara teori dan kasus. Berdasarkan teori maka diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. M yaitu perilaku kekersan.
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan Tn. M pada dasarnya mengacu pada tujuan khusus yang telah ditetapkan dimana bila tujuan khusus pertama telah dievaluasi dan berhasil, kelompok bisa melaksanakan tujuan khusus berikutnya, sehingga ada keterkaitan dalam melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan tahap-tahap yang sudah ditentukan, satu hal yang paling penting, dan itu kelompok juga memperhatikan dalam melakukan tindakan keperawatan tentang membina hubungan saling percaya antara perawat dan klien yang merupakan langkah awal dari semua tindakan keperawatan dan titik tolak keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan sehingga sedapat mungkin kelompok terus membina hubungan saling percaya sehingga hubungan perawat dan klien terbina terus. Pada tahap ini perawat melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Dalam melakukan tindakan keperawatan membina hubungan saling percaya tidak ada masalah dan klien dapat mengenal perawat. Dalam prinsip diagnosa keperawatan perilaku kekerasan yaitu manajemen krisis yang terdiri dari tindakan mengisolasikan klien, mengobservasi klien, melakukan kolaborasi, dan jika perlu difiksasi pada klien Tn. M. Manajemen krisis yang dipakai pada klien Tn. M hanya mengisolasikan klien, mengobservasi klien, dan melakukan kolaborasi. Sedangkan tindakan keperawatan yang perlu diperhatikan juga yaitu tentang cara konstruktif dalam merespon kemarahan dimana terdiri dari : a). Secara fisik tarik nafas dalam jika sedang kesal/memukul bantal/kasur atau olah raga atau pekerjaan yang memerlukan tenaga, b). Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal/tersinggung/jengkel (saya kesal anda berkata seperti itu saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan saya), c). Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah yang sehat, latihan sertif, latihan manajemen perilaku kekerasan, d). Secara Spiritual : anjurkan klien sembahyang berdo’a/ ibadah meminta pada Tuhan untuk diberi kesabaran, mengadu pada Tuhan kekerasan / kejengkelan. Setelah perawat mengajarkan klien cara konstruktif kemudian perawat menganjurkan untuk menyebutkannya, ternyata klien dapat menyebutkan kembali apa yang sudah diajarkan dan dapat mendemonstrasikannya. Pada saat perawat menawarkan klien untuk memilih cara yang konstruktif, klien lebih memilih 4 cara yaitu yang secara fisik (tarik nafas dalam dan pukul bantal atau kasur), secara verbal/sosial dan secara spiritual. Perawat membolehkan klien latihan 4 cara tersebut kemudian menjadwalkan kedua cara tersebut. Tetapi apabila sewaktu-waktu klien ingin melakukannya klien boleh memasukkannya kejadwal.
Kemampuan klien tentang cara yang konstruktif dalam manajemen kemarahan merupakan tolak ukur keberhasilan dalam mengatasi kemarahan serta menurunkan emosi dalam perilaku amuk serta agar klien dapat merubah perilaku yang destruktif menjadi perilaku marah yang konstruktif.
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk menilai hasil dari seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan/dilaksanakan oleh penyusun. Data-data yang didapat tentang klien kemudian didokumentasikan.






BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tahap pengkajian memerlukan waktu yang cukup lama yaitu membutuhkan kesetaraan, keterampilan berkomunikasi, membina hubungan saling percaya, komunikasi yang baik, serta memperdalam pengetahuan tentang perilaku kekersan.
Dari data yang ada penyusun memprioritaskan 8 diagnosa, yaitu: Perilaku Kekerasan, Resiko Perilaku Kekerasan, GSP : Hallusinasi, Isolasi Sosial, Harga Diri Rendah, Defisit Perawatan Diri, Koping Keluarga Inefektif, Regimen Terapeutik Inefektif.
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. M dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya klien dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan tindakan awal dengan membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi bersama klien penyebab perilaku marah serta cara mengontrol marah yang asertif. Selain itu peranan terapi psikofarmaka juga tidak kalah pentingnya dalam pencapaian keberhasilan perawatan klien dengan perilaku kekerasan.
Dalam evaluasi terakhir tidak semua masalah dapat diatasi hanya diagnosa pertama, ketiga dan keempat yang teratasi sedangkan pada diagnosa keperawatan kedua, kelima telah didelegasikan ke perawat ruangan.


B. Saran
Kepada mahasiswa hendaknya lebih menyiapkan diri terlebih dahulu sebelum berinteraksi dengan klien, memberikan asuhan keperawatan secara terus menerus dan berkesinambungan, serta dapat membandingkan antara teori yang telah dipelajari dengan kenyataan yang dihadapi dilahan praktek. Selain itu juga perlu meningkatkan pengetahuan secara konseptual mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa. Selain itu juga diharapkan mahasiswa bisa melakukan home visite dan memberikan pendidikan kesehatan mengenai perawatan klien dirumah setelah pulang dari rumah sakit. Dan juga diharapkan agar keluarga dapat menerima dan merawat klien setelah pulang dari rumah sakit.











DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 1996. Hubungan Terapeutik Perawat Klien. Jakarta: EGC
. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna, Dkk. Basic course Community Mental Health Nursing (CMHN), Modul VI Asuhan Keperawatan Klien Dewasa tentang Perilaku Kekerasan
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC.
Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatrik, edisi 3. Jakarta : EGC.

HASIL KUNJUNGAN RUMAH KEPERAWATAN JIWA DENGAN HARGA DIRI RENDAH

PROPOSAL DAN LAPORAN HASIL
KUNJUNGAN RUMAH PADA TN. D
DENGAN HARGA DIRI RENDAH
DI RUANG ELANG RUMAH SAKIT JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA











Di Susun Oleh :
LUKMANUL HAKIM, S.Kep
NIM : 10.09.13.1.024




KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN (STIKes-FA)
SERANG – BANTEN
2009





PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH


A. Identitas Klien
Inisial klien : Tn. D
Usia : 30 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : STM
Nomor Reg : 01 04 82
Masuk RSJSH : 10 – 03 – 2009
Nama Keluarga : Tn. Umar Hamdan (Alm)
Nama Penanggung Jawab : Ny. Siti Lestari ( Ibu Kandung )
Alamat : Jl. Sumur Batu Gg. Sosial Rt. 0016 / 07 No.23 Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat
Tanggal kunjungan : 26 Maret 2009
Diagnosa Keperawatan : Harga Diri Rendah

B. Tujuan Kunjungan Rumah
1. Tujuan umum
Keluarga dapat menerima dan merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa dan menjadi sistim pendukung yang efektif.

2. Tujuan khusus
a. Memberikan informasi kepada keluarga tentang perkembangan kondisi klien selama di Rumah Sakit
b. Memvalidasi data dan melengkapi data yang diperoleh dari klien dan data sekunder (rekam medik) mengenai:
• Alasan masuk atau dirawat di Rumah Sakit
• Faktor predisposisi dan presipitasi
• Genogram keluarga
• Persepsi keluarga terhadap penyakt yang diderita klien
• Support sistem dalam keluarga
• Tindakan yang telah dilakukan keluarga

3. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang perawatan klien gangguan jiwa di rumah dikaitkan dengan 5 fungsi keluarga, yaitu :
a. Keluarga dapat mengenal masalah yang menyebabkan klien kambuh
b. Keluarga dapat mengambil keputusan dalam melakukan perawatan terhadap klien
c. Keluarga dapat merawat klien di rumah
d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang terapeutik dalam merawat klien
e. Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat untuk merawat kesehatan klien.

4. Memberikan pendidikan kepada keluarga sesuai dengan masalah yang ditemukan saat pengkajian.

5. Memotivasi keluarga untuk melanjutkan perawatan di rumah.

C. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Salam teraupertik
- Ucapan salam
- Perkenalkan nama, asal, tujuan dan lama kunjungan
- Beri informasi bahwa klien mulai dirawat oleh mahasiswa sejak tanggal 12 Maret 2009 dimulai pada pukul 08.00 – 14.00 WIB.

b. Validasi informasi tentang klien
1. Menanyakan tentang prilaku klien dirumah yang menyebabkan keluarga memutuskan untuk membawa klien ke rumah sakit
2. Menanyakan kepada keluarga faktor apakah yang menyebabkan klien seperti yang dialami klien.
3. Menanyakan tentang keluarga klien (orang tua, suami, anak)
4. Menanyakan kepada klien tentang tanggapan keluarga mengenai penyakit yang diderita klien.
5. Menanyakan harapan keluarga terhadap kesembuhan klien
6. Menanyakan dan mengobservasi kondisi lingkungan tempat tinggal klien.
7. Menanyakan kepada keluarga mengenai cara perawatan dan pengobatan yang telah dilakukan keluarga selama klien dirumah

c. Kontrak
Selama 1 jam (jam 10.00 – 11.00 WIB) perawat dan keluarga akan berdiskusi tentang cara perawatan klien yang seharusnya dilakukan keluarga selama dirumah, memberi informasi tentang kondisi klien di rumah sakit, validasi data dari keluarga dan kesiapan keluarga terhadap kepulangan klien






2. Fase Kerja
Tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan
1. Harga Diri Rendah
SP 4 K : Klien mendapat dukungan dari keluarga dan diharapkan keluarga dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah.
Tindakan Keperawatan :
 Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien HDR:
• Jelaskan kepada keluarga tentang pengertian HDR yang ada pada pasien
• Tanda dan gejala HDR
• Cara merawat pasien HDR
• Mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan HDR
• Memberikan kesempatan pada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien HDR.
• Cara memberi obat
 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah HDR

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon keluarga
1. Evaluasi Subjektif
- Menanyakan perasaan kepada bapak/ ibu setelah
berbincang - bincang
- Menanyakan kembali kepada keluarga tentang hal – hal yang baru “saja didiskusikan

2. Evaluasi Objektif
 Menayakan kembali kepada keluarga tentang tanda dan gejala serta penyebab Harga diri rendah, akibat yang akan terjadi apabila tidak ditangani, cara keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien dalam merawat klien
 Mengobservasi ekpresi keluarga selama pembicaraan dan respon perilaku terhadap kunjungan.
 Meminta keluarga untuk mendemonstrasikan kembali cara merawat serta dukungan kelurga dengan klien.

3. Rencana tindak lanjut
 Menanyakan kepada keluarga tentang harapan dan keinginan selanjutnya
 Meminta keluarga menjelaskan kembali yang telah didiskusikan dan tetap berkonsultasi dengan dokter.













C. Strategi komunikasi
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak/bu, nama saya Lukmanul Hakim, S.Kep saya dapat tugas ”dari Rumah Sakit Jiwa Dr Soeharto Heerjdan untuk mengunjungi keluarga Tn. D, yang pada saat ini sedang saya rawat. Sebagai tanda bukti, ada surat tugas dari Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan. nama Ibu/Bapak siapa? Baiklah Pak/Bu, saya akan menjelaskan kedatangan saya kesini.

b. Evaluasi Validasi
Bapak/Ibu bagaimana kondisi Tn.D sebelum dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan?

c. Kontrak
Topik : Berbincang-bincang dengan keluarga klien tentang pengertian Harga Diri Rendah (HDR), tanda dan gejala dari HDR dan cara merawat pasien HDR.
Waktu : Bapak/ Ibu mau berapa lama kita berbincang-bincang ?
Tempat : Bapak/Ibu, dimana kira – kira kita dapat berbincang – bincang ? Di teras, apa diruang tamu ?
Tujuan : Keluarga mampu merawat klien di rumah dengan HDR.

2. Fase Kerja
”Apa yang bapak/ibu ketahui tentang masalah D?”
”ya, memang benar sekali pak/bu, D itu memang terlihat tidak percaya ”diri dan sering menyalahkan dirinya sendiri, misalnya pada D sering menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang yang tidak berharga. Dengan kata lain anak bapak/ibu memiliki HDR yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap dirinya sendiri. Bila keadaan D itu terus menerus seperti itu, D bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi misalnya, D menjadi malu bertemu orang ”lain dan memilih mengurung diri”.
”Sampai disini bapak/ibu mengerti apa yang dimaksud dengan HDR?”.
”Bagus sekali, bapak/ibu sudah mengerti.” setelah kita mengerti masalah ”D, dapat menjadi masalah serius maka kita perlu memberikan perawatan ”yang baik untuk D.” Bapak/ibu apa saja kemampuan yang dimiliki D?” ”Ya benar bu, dia juga mengatakan hal yang sama.” D itu telah berlatih 3 ”kegiatan yaitu: merapikan tempat tidur, menyapu lantai dan ”membersihkan meja makan, serta telah dibuat jadwal untuk ”melakukannya. Untuk itu bapak/ibu dapat mengingatkan D untuk ”melakukan kegiatan tersebut sesuai dengan jadwal. Tolong bantu ”menyiapkan alat-alatnya ya pak/bu, dan jangan lupa memberikan pujian ”agar kepercayaan dirinya meningkat. Ajar pula memberi tanda checklist pada ”jadwal dan kegiatannya. Selain itu bapak/ibu tetap perlu memantau ”perkembangan D jika masalah HDRnya kembali muncul dan jika tidak ”tertangani lagi, bapak/ibu dapat membawanya kembali ke rumah sakit.”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberi pujian kepada D.” ”Bagus sekali D, kamu sudah semakin terampil merapikan tempat tidur. ”Baiklah bu, tolong D sering diingatkan untuk tetap ”minum ’obat secara rutin dan cepat kontrol jika obat habis.”

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon keluarga
4. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah kita berdiskusi tentang pengertian HDR, tanda dan gejala dan cara merawat pasien “dengan HDR.”
5. Evaluasi Objektif
“Dapatkah bapak/ibu menjelaskan kembali masalah tentang “pengertian HDR, tanda dan gejala dan cara merawat pasien “dengan HDR serta memberikan dukungan kepada klien dalam “mengontrol HDR.

6. Rencana tindak lanjut
 Memotivasi kepada keluarga untuk minum obat secara teratur dan kontrol sebelum obat habis
 Memberikan jadwal kegiatan yang dapat dilanjutkan di rumah

E. Terminasi Akhir
“Pak/bu, saya mengadakan kunjungan rumah ini hanya satu kali, mudah-“mudahan bapak/ibu dapat menerapkan semua yang telah kita diskusikan, “saya “permisi..”















LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH

Berdasarkan surat tugas dari tim Pendidikan dan Pelatihan RS Jiwa Dr.Soeharto Heerdjan Jakarta tanggal 24 Maret 2009, mahasiswa kemudian melakukan kunjungan rumah dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan jiwa kepada keluarga klien sebagai berikut:

I. Identitas klien
Inisial klien : Tn. D
Usia : 30 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Sumur Batu Gg. Sosial No.23 Rt. 016/07 Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Kamyoran Jakarta Pusat
Tanggal kunjungan : 26 Maret 2009
Tanggal masuk RS : 10 Maret 2009
NO RM : 01. 04. 82
Diagnosa keperawatan : Harga Diri Rendah

II. Keluarga Yung Dikunjungi
Nama keluarga : Ny. Siti Lestari
Jenis kelamin : Perempuan
Hubungan dengan klien : Ibu Kandung
Alamat : Sumur Batu Gg. Sosial No.23 Rt. 016/07 Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Kamyoran Jakarta Pusat
Tanggal kunjungan : 26 Maret 2009

Ill. Tujuan Kunjungan
- Tujuan Umum
Keluarga dapat menerima dan merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

- Tujuan Khusus
1. Memberikan informasi tentang perkembangan kondisi klien selama di rumah sakit.
2. Memvalidasi data dan melengkapi data yang di peroleh dari klien dan data sekunder (rekam medik) tentang alasan masuk atau dirawat di rurnah sakit, faktor predisposisi, faktor presipitasi, genogram keluarga, psikososial dan lingkungan, persepsi keluarga terhadap penyakit yang diderita serta support sistem dalam keluarga.
4. Melakukan implementasi diagnosa keperawatan yang terkait dengan diagnosa keperawatan serta melakukan pendidikan kesehatan sesuai dengan masalah yang ditentukan.
5. Memotivasi keluarga untuk mengunjungi klien dirumah sakit dan melanjutkan tindakan keperawatan.

IV. Hasil Kunjungan Rumah
Mahasiswa berkunjung kerumah keluarga klien pada hari Jumat tanggal 26 Maret 2009. Hasil yang didapat dari kunjungan rumah :
1. Memberikan informasi kepada keluarga tentang perkembangan klien selama di rawat dirumah sakit, klien dirawat diruang Elang pada hari selasa tanggal 10 Maret 2009 klien mengatakan pesan kepada keluarga untuk menjengguknya karena klien kangen dan mau dijemput pulang klien juga mengatakan sudah sehat. Perawat menyampaikan kepada keluarga klien bahwa klien sudah mampu melakukan perawatan diri seperti mandi, memakai pakaian yang rapih, membereskan tempat tidur , membersihkan meja makan, klien juga mengikuti kegiatan senam di Rumah Sakit, klien sudah mau bergabung dengan teman - temannya dan klien juga sudah bisa berkomunikasi dengan baik dengan perawat maupun teman - temannya walaupun harus dimotivasi secara teratur, klien bersedia minum obat secara teratur, klien bisa mengontrol kerpercayaan dirinya dengan melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, walaupun harus dimotivasi dahulu. Keputusan dokter dan perawat ruangan pada tanggal 25 klien di pindahkan ke ruangan Kutilang.

2. Memvalidasi data
a. Alasan masuk rumah sakit
Ibu klien mengatakan klien sering melamun, sering menyendiri di kamar tidak mau berkumpul dengan saudara-saudara yang masih tinggal serumah dengan klien. Klien sering bicara dan tertawa sendiri sambil mengaca, klien juga malas untuk melakukan kegiatan di rumah dan melakukan tingkah laku yang tidak sewajarnya, bahkan klien pernah mengatakan kepada keluarganya untuk dicabut arwahnya saja dan diganti dengan yang baru, ibu klien mengatakan lingkungan klien sangat mempengaruhi klien.

b. Faktor predisposisi dan presipitasi
Sebelumnya klien tinggal bersama neneknya kurang lebih dari 20 tahun dan kembali kerumah ibunya pada tahun 1998, nenek klien merupakakan orang berada sehingga kehadiran klien selalu dimanja oleh neneknya bahkan menurut pengakuan adik kandung klien, makanan untuk klien pun selalu diantrakan ke kamarnya. Porsi makan klien ketika di rumah neneknya lebih dari 6 porsi dalam sehari, sehingga ketika klien kembali pulang ke rumah ibunya, klien tidak bisa mandiri, karena kebiasaan yang selalu dimanja oleh neneknya, hubungan klien saat di rumah neneknya dengan saudara-saudaranya (Sepupu), pun kurang harmonis, klien selalu di lecehkan oleh saudara-saudara, bahwa badan klien gemuk sekali dan kehadirannya mengganggu, sehingga timbul rasa kurang percaya diri pada diri klien dengan persepsi klien malu dengan tubuhnya yang gemuk dan merasa hidupnya tidak berguna. klien juga pernah bekerja di Pabrik Cat, Dealer Honda dan di Mc.Donald, kemudian klien berhenti bekerja, dari sejak itu klien mulai sering menyendiri dan melamun, dan tidak mau melakukan aktivitas. Bahkan klien sempat mengatakan kepada keluarganya untuk dicabut arwahnya dan diganti dengan jasad yang baru, pada tanggal 24 Oktober 2008, klien pernah di rawat di rumah sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan dan kembali lagi pada tanggal 10 maret 2009.


c. Genogram














Keterangan







-------

Klien tinggal bersama ibunya, Klien merupakan anak ke dua dari tujuh bersaudara Klien belum menikah, hubungan klien dengan kakak-kakak dan adik-adiknya baik – baik saja meski kakak dan adik klien ada yang sudah berkeluarga dan tidak tinggal satu rumah dengan klien.

d. Psikologi dan lingkungan
Keluarga klien mendukung kesembuhan klien. Keluarga mengatakan untuk sementara klien tinggal di Rumah Sakit dulu. Karena kalau di rumah klien banyak pengaruh negatif dari lingkungan, salah satunya adalah klien tidak banyak melakukan aktifitas dan lingungan sekelilingnya yang melecehkan terhadap tingkah laku klien, Ibu klien mengatakan bila klien ada di rumah ibu klien tidak dapat berpikir Fokus untuk kesembuhan klien karena klien dirumah tidak mau melakukan aktifitas apapun, serta lingkungan yang selalu memojokan terhadap diri klien, sehingga ibu klien memutuskan akan membawa klien nanti ke Riau untuk ikut bersama adik dari ibunya. Sehingga yang diharapkan ibu klien, klien disana dapat banyak melakukan aktivitas dan lingkungan yang dapat menumbuhkan kepercayaan dirinya.

e. Persepsi Keluarga Tentang penyakit
Keluarga merasa apa yang dialami klien disebabkan oleh karena klien terlalu dimanja oleh neneknya dan pengaruh dari lecehan sepupunya yang tinggal dengan nenek klien, sehingga klien tidak dapat mandiri dan kurang percaya diri terhadap kondisi tubuhnya. Keluarga klien bisa menerima kalau klien mengalami gangguan jiwa. Keluarga berharap RSJ Dr. Soeharto Heerdjan dapat menyembuhkan klien sehingga dapat berkumpul lagi bersama keluarga.

f. Support sistem dalam keluarga
Keluarga klien mengatakan klien sangat sayang dan dekat dengan ibunya (Ny SL, karena di rumah hanya ada ibu dan klien akan tetapi kakak klien yang sudah pisah rumah suka datang kerumah ibu klien dan klien suka minta uang dengan kakak klien, Keluarga sangat mengharapkan klien dapat segera sembuh terlebih ibu kandung klien. Keluarga mengatakan membesuk klien sudah 1 kali semenjak klien di rawat di ruang elang. Dan kakak klien 1 kali waktu itu klien masih di ruang yang sama Keluarga mengatakan rencananya pada hari senin tanggal 31 Maret 2009, mau menjengguk klien karena keluarga ingin tahu bagaimana keadaan kondisi klien sekarang dan ingin mengetahui perkembangan klien.

g. Usaha yang telah dilakukan
Semenjak terdapat tanda-tanda klien mengalami gangguan jiwa, keluarga berusaha membawa klien berobat ke RSJ Dr. Soeharto Heerdjan, dan ketika klien pulang pun keluarga klien selalu mengontrol dan menganjurkan klien untuk minum obat. Dan juga keluarga klien sudah banyak memberikan arahan kepada klien baik. Untuk tidak banyak menyendiri dan melamun.
V. Melakukan Implemantasi Berdasarkan Diagnosa Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan : Harga Diri Rendah
SP 4 K : Klien mendapat dukungan dari keluarga dan diharapkan keluarga dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah.
 Implementasi :
 Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien HDR:
- Menjelaskan kepada keluarga tentang pengertian HDR yang ada pada pasien
- Tanda dan gejala HDR
- Cara merawat pasien HDR
- Mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan HDR
- Memberikan kesempatan pada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien HDR.
- Cara memberi obat

 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah HDR

 Evaluasi
Subjektif
- Keluarga mengatakan mengerti tentang tanda - tanda harga diri rendah
- Keluarga mengatakan akan memberikan dorongan pada klien untuk melatih dan mengerjakan klien melakukan kegiatan sehari - hari
- Keluarga mengatakan akan berusaha meningkatkan peranannya dalam merawat klien
- Keluarga mengatakan akan berusaha menciptakan suasana rumah dan lingkungan yang harmonis, dimana satu sama lainnya saling menerima apa adanya, saling menghargai dan membina suasana komunikasi dua arah.

Objektif
- Keluarga mendengarkan penjelasan perawat dengan penuh perhatian
- Keluarga kooperatif selama kunjungan
- Keluarga mampu menyebutkan tanda - tanda harga diri rendah

Analisa
SP 4 K tercapai, keluarga mengerti tentang harga diri rendah

Planning
- Menganjurkan keluarga untuk menerapkan prinsip - prinsip cara merawat klien harga diri rendah yang sudah diketahui keluarga
- Menyampaikan kepada perawat ruangan apa yang sudah dilakukan oleh keluarga.

2. Diagnosa keperawatan : Koping Keluarga Inefektif
TUK 1 : Keluarga dapat mengenal masalah yang menyebabkan klien ‘kambuh
 Implementasi
 Mengkaji persepsi keluarga tentang perilaku klien yang maladaptif
 Mendiskusikan dengan keluaga beberapa masalah yang dapat menjadi faktor penyebab klien kambuh
 Mendiskusikan dengan keluarga tentang sikap yang harus dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan individu terhadap perilaku maladaptif dari klien
 Membantu keluarga mengenal sikap dan perilakunya yang dapat memicu dan menyebabkan klien kambuh.

 Evaluasi
Subjektif
- Keluarga mengatakan klien tidak pernah terbuka kalau punya masalah dipendam sendiri
- Keluarga mengatakan akan berusaha untuk mencoba bersikap lebih sabar dan menerima serta mengajak klien untuk berkomunikasi.

Objektif
- Keluarga terdengar sedih dan agak takut ketika bercerita tentang hal - hal yang dilakukan klien
- Keluarga dapat menyebutkan dan mengenal sikap dan perilaku yang dapat memicu dan menyebabkan klien kambuh

Analisa
TUK 1 tercapai, keluarga dapat mengenal sikap dan perilaku klien yang dapat memicu dan menyebabkan klien kambuh

Planning
Mengharapkan bantuan keluarga dalam memperhatikan kebutuhan klien dan ikut memecahkan masalah yang dihadapi klien.





TUK 2 : Keluarga dapat mengambil keputusan dalam melakukan perawatan terhadap klien

 Implementasi
- Mendiskusikan dengan kelaurga bahwa keluarga merupakan penanggung jawab utama dalam merawat klien dirumah
- Menjelaskan pada keluarga bahwa keluarga merupakan pengambil keputusan dalam keperawatan keluarga
 Evaluasi
Subjektif
- Keluarga mengatakan bahwa semua yang terjadi pada klien dan keluarga juga merasa tanggung jawab dan akan berusaha membantu klien
- Keluarga juga mengetahui hal - hal yang harus dilakukan dengan segera apabila klien mengalami kekambuhan

Objektif
- Keluarga mampu mengungkapkan cara menangani klien jika dirumah kambuh

Analisa
TUK 2 tercapai keluarga mengatakan akan merawat klien jika klien pulang

Planning
- Tetap motivasi keluarga dalam memberikan reinforcement positif apa yang sudah keluarga lakukan untuk merawat klien.


TUK 3 : keluarga dapat merawat klien dirumah
 Implementasi
 Mendiskusikan dengan keluarga cara merawat klien dirumah dan medemonstrasikan seperti :
- Membantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari - hari
- Melibatkan klien dalam kegiatan sehari - hari yang dilakukan oleh keluarga
- Mendengar keluhan yang dirasakan klien
- Memberikan jalan keluar setiap klien mengalami masalah
 Mendiskusikan dengan keluarga tentang pentingnya klien minum obat secara teratur

 Evaluasi
Subjektif
- Keluarga mengatakan peran keluarga sangat diperlukan dalam proses pemulihan klien
- Keluarga mengatakan sangat penting sekali masalah obat dan kelaurga juga mengatakan akan mendukung klien supaya minum obat secara teratur.

Objektif
- Keluarga dapat mendemonstrasikan cara merawat klien dirumah

Analisa
TUK 3 tercapai keluarga mengatakan akan merawat klien sesuai cara yang telah didiskusikan bersama perawat

Planning
Pertahankan sikap keluarga untuk tetap memberi support kepada klien.
TUK 4 : Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang terapeutik dalam merawat klien
 Implementasi

 Memberi informasi pada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat dan dapat digunakan keluarga sebelum klien dibawa kerumah sakit jiwa bila mengalami kambuh
 Mendiskusikan dengan keluarga tentang pentingnya pemanfaatan fasilitas tersebut serta serta tahu prosedur yang harus dilakukan keluarga
 Menganjurkan kepada keluarga sebagai alternatif pemecahan masalah bila klien kambuh untuk memanfaatkan fasilitas yang ada didekat rumah

 Evaluasi
Subjektif
- Keluarga mengatakan mengerti dan mengetahui manfaat fasilitas kesehatan
- Keluarga mengatakan akan membawa klien apabila kambuh ke fasilitas kesehatan yang ada didekat rumah sebelum ke RSJ

Objektif
- Keluarga dapat menyebutkan kembali manfaat fasilitas kesehatan terdekat

Analisa
TUK 4 tercapai keluarga mengatakan akan berusaha menciptakan lingkungan rumah yang kondusif untuk kesembuhan klien dan keluarga akan memanfaatkan fasilitas yang ada.
TUK 5 : Klien dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat untuk merawat kesehatan yang ada dimasyarakat untuk merawat kesehatan klien

 Implementasi
- Mengkaji pandangan keluarga tentang keberadaan puskesmas dalam perawatan klien
- Mendorong keluarga untuk memanfaatkan puskesmas dalam perawatan klien

 Evaluasi
Subjektif
- Keluarga mengatakan tidak pernah membawa klien ke pengobatan alternatif
- Keluarga mengatakan akan berusaha memanfaatkan fasilitas kesehatan apabila klien terlihat tanda dan gejala kekambuhan akan langsung dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat

Objektif
Keluarga mampu menyebutkan kembali manfaat fasilitas kesehatan

Analisa
TUK 5 tercapai keluarga akan memanfaatkan kesehatan demi kesehatan dan kesembuhan klien

Planning
Tetap memberi informasi tentang fasilitas kesehatan yang ada disekitar keluarga yang dapat segera dimanfaatkan apabila dalam keadaan darurat.

VI. Terminasi
 Evaluasi
 Subjektif
- Keluarga mengatakan merasa senang karena telah diberi informasi tentang bagaimana merawat klien dan apa saja yang dipersiapkan untuk mendukung pemulihan klien selama di rumah
 Objektif
- Keluarga sangat senang setelah memperoleh informasi tentang perawatan klien
- Keluarga akan menerapkan apa yang telah didapat dari kunjungan kerumah setelah klien pulang dari rumah sakit.

VII. Kesimpulan
Kunjungan rumah pada keluarga Tn, D pada dasarnya keluarga dapat menerima klien apa adanya dan berinteraksi dengan perawat yang berarti bagi keluarga. Keluarga dapat merasakan dan mendapatkan informasi yang sangat bermanfaat tentang cara perawatan dirumah.


Jakarta, 26 Maret 2009
Mahasiswa




Lukmanul Hakim
10.09.13.1.024


DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 1996. Hubungan Terapeutik Perawat – Klien. Jakarta : EGC

Keliat, Budi Anna dkk. Basic Course Community Mental Health nursing (CMHN), Modul IV (B3) Asuhan Keperawatan Klien Dewasa Dengan Halusinasi

Stuart, Gail Wisdcarz. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed.3. Jakarta : EGC