Rabu, 25 Februari 2009

ASKEP Apendiksitis

1. KONSEP ANATOMIS

B. Anatomi Fisiolgi Sistem Pencernaan

Saluran pencernaan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan mempersiapkan untuk diserap pleh tubuh dengan jalan proses pencernaan ( pengunyahan ), dan pencampuran dari mulut samapai anus.

 Susunan saluran pencernaan meliputi :
1. Mulut
2. Lidah, orofaring, esofagus
3. Gaster ( lambung )
4. Usus Halus terdiri dari Duodenum, Jejenum, Ileum
5. Usus Besar terdiri dari : Sekum, Apendiks dan Colon Assenden, Transversum dan Colon Dessenden
6. Colon Sigmoid
7. Anus

 Mulut, Orofaring dan Esofagus merupakan jalan masuk system pencernaan dan pernafasan, bagian dari dalam mulut dilapisi oleh selaput lendir, saluran dari kalenjar liur di pipi, dibawah lidah dan di bawah rahang mengalirkan isinya ke dalam mulut, di dasar mulut terdapat lidah yang berfungsi untuk merasakan dan mencapur makanan, di belakang dan di bawah mulut terdapat tenggorokan ( faring ). Pengecapan di rasakan oleh organ perasa yang terdapat dipermukaan lidah, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Makanan yang dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh gigi belakang (Molar Graham ), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah di cerna, kalenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim pencernaan. Didalam ludah mengandung antibody dan enzim (Spilozosim) yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung . proses menelan dimuali secara sadar dan berlanjut secara otomatis, epiglutus akan menutup secara otomatis agar makanan tidak masuk kedalam trachea dan paru-paru, makanan masuk melalui esophagus yaitu saluran berotot yang berdinding tipis dan dilapisi oleh selaput lendir, kerongkongan menghubungkan tenggorokan dengan lambung, makanan didorong dengan gerakan peristaltic. Lambung merupakan organ otot ber-rongga yang besar dan berbentuk seperti kacang kedelai, makanan yang masuk ke dalam lambung dan kerongkongan memlaui otot berbentuk cincin (sfingter) yang bisa membuka dan menutup, dalam keadaan normal sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung kedalam kerongkongan, didalam lambung makanan diproses dan bercampur dengan enzim pencernaan.
 Usus Halus. Lambung melepaskan makanan ke dalam duodenum melalui spingter filerus, jika penuh maka doedenum akan mengirim sinyal kepada lambung untuk berhenti mengirimkan makanan, duodenum meneria enzim pankreatik dari pancreas dan empedu dari hati. Dengan gerakan peristaltic, makanan akan bercampur dengan zat yang dihasilkan oleh usus, makanan diserap melalui villli dan mikrovilli, dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta, kepadatan dari usus berubah secara bertahap seiring dengan perjalanannya melalui usus halus di dalam duodenum, air dengan cepat di pompa kedalam isis usus untuk melarutkankan keasaman lambung, ketika melewati usus halus, bagian bawah isi usus menjadi lebih cair karena mengandung air, lendir dan enzim-enzim peritaltik. Enzim tersebut akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak.

 Usus Besar : Colon Assenden (Kanan), Colon Transversum (atas), Colon Desenden (kiri), Colon Sigmoid (berhubungan dengan Rektum) dan Apendiks (usus buntu) yang merupakan tonjilan kecil berbentuk seperti tabung yang terletak di colon asenden pada perbatasan colon asenden dan usus halus.

Colon Transversum



Colon Colon
Asenden Desenden




Apendiks
(UsusBuntu)
Rektum

Anus



Usus besar meghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elekrtolit dari tinja ketika mencapai usus besar , isi usus berbentuk cair, tetapi ketika mencapai rectum berbentuk menjadi padat, banyaknya bakteri yang terdapat didalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan makanan dan membantu penyerapan zat-zat gizi, bakteri didalam usus besar berfungsi membuat zar-zat penting seperti Vitamin K, bakteri ini penting untuk fungsi normal usus.
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal daru ujung usus besar ( setelah colon sigmoid dan berakhir di anus, biasanya rectum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi yaitu colon desenden, jika colon desenden penuh dan tinja masuk kedalam rectum maka timbul keinginan untuk BAB ( buang air besar )
Anus Merupakan lubang diujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah dikeluarkan dari tubuh, suatu cincin berotot ( spingterani ) menjaga agar anus tetap tertutup.

C. Letak Anatomis Apendiks atau usus buntu

1. Letak Apendiks ( usus Buntu )
Appendiks terletak di ujung sakrum kira-kira 2 cm di bawah anterior ileo saekum, bermuara di bagian posterior dan medial dari saekum. Pada pertemuan ketiga taenia yaitu: taenia anterior, medial dan posterior. Secara klinik appendiks terletak pada daerah Mc. Burney yaitu daerah 1/3 tengah garis yang menghubungkan sias kanan dengan pusat.

2. Ukuran Apendiks ( usus Buntu )
Panjang apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar dibagian distal. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa mengandung amilase dan musin.
3. Posisi Apendiks ( Usus Buntu )
Laterosekal: di lateral kolon asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen. Pelvis minor.





1. KONSEP PENYAKIT

A. Pengertian

Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Peradangan dari Apendiks veriformis merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering terajdi ( Kapita Selekta Kedokteran, 2002).
Apendiks adalah Umbai cacing atau yang lebih dikenal sebagai usus buntu yang terdapat diujung usus halus, sedangkan apendiksitis merupakan peradangan pada usus buntu yang disebabkan oleh masuknya kuman usus E.Coli ke usus buntu atau apendiks.

B. Klasifikasi

Klasifikasi apendisitis terbagi atas 3 yakni :
1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
2. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
3. Apendisitis Perporata : perporasi apendiks yang akan mengakibatkan peritonitis yang akan ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat dengan menyebar keseluruh area perut menjadi tegang, nyeri tekan dan lepas.

C. Etiologi

Terjadinya apendisitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri. Namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Diantaranya obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi pada lumen apendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras ( fekalit), hipeplasia jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Namun yang paling sering menyebabkan obstruksi lumen apendiks adalah fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid. (Irga, 2007)

D. Manifestasi Klinis

Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius.
Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis, 2007).

E. PatoFisiologi

Apendisitis mula-mula disebabkan oleh sumbatan lumen. Obstruksi apendiks disebabkan oleh penyempitan lumen akibat hyperplasia jaringan limfoid sub mukosa , feses yang terperangkap dalam lumen apendiks mengalami penyerapan air dana akan terbentuk menjadi fekolit yang akhirnya sebagai penyebab sumbatan. Sumbatan lumen apendiks menyebabkan keluhan sakit disekitar umbilicus dan efigastruim
Proses selanjutnya adalah invasi kuman E.Coli, Spesi bakterio dan lumen ke lapisan mukosa, sub mukosa, lapisan maksilaris dan akhirnya ke peritoneum parietaklis. Maka terjadilah peritonitis local kanan bawah.










PathWay

Sembelit Katup Ileosekal inkompeten

Flora kuman kolon meningkat Tekanan didalam sekum tinggi



Apendikstits mukosa

Pengosongan isi apendik
tehambat
Erosis selaput lendir Stenosis
Histolytica Penyumbatan lumen
Mesoapendik : pendek
Apendisitis komplet


Apendiktomy


insisi pembedahan kurang informasi tentang
kondisis, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan
terputusnya
kontinutias jaringan
Kurang Pengetahuan
merangsang mediator kima
(Bradikinin, Histamin,
Seotinin,Prostaglandin)

Adanya Luka terbuka
Sistem saraf pusat

Port De Entrée Mikrorganisme
Thalamus

Cortek Cerebri Reti Infeksi


Nyeri ( di persepsikan )

F. Komplikasi

Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat berkembang menjadi peritonitis , gejalanya mencakup demam dengan suhu 377 0C atau lebih tinggi. Nyeri tekan abdomen yang terus menerus.

G. Pemeriksaan penunjang

Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah: Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri viseral. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus).
Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
Pemeriksaan yang lain Lokalisasi.
Jika sudah terjadi perforasi, nyeri akan terjadi pada seluruh perut, tetapi paling terasa nyeri pada daerah titik Mc. Burney. Jika sudah infiltrat, lokal infeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit, dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney.
Test rektal.
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang.
Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal. Pemeriksaan radiologi Pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma

H. Penatalaksanaan

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. Konsep Asuhan Keperawatan Sebelum operasi dilakukan klien perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu juga klien perlu diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami setelah dioperasi dan diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk) untuk digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak klien merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan anastesi








ASUHAN KEPERAWATAN



1. Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama : Tn. M
Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Tegal Wangi, Rt 02/05 Desa. Rawa Arum Kec. nGerogol Cilegon
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Satatus Perkawinan : Belum Kawin
No. Medrek : 515713
Tanggal Msk RS : 18 – 02 – 2009
Diagnosa Medis : Apendiksitis Akut
Tanggal Pengkajian : 19 Februari 2009

B. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. Nursiah
Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Tegal wangi, Grogol Cilegon
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Hub. dg Klien : Kakak Kandung


2. Riwayat Kesehatan

- Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pada abdomen bagian kanan bawah
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke UGD Pukul 22.00 WIB dengan keluhan nyeri pada perut bagian kanan bawah, klien mengatakan mual dan muntah ada, nyeri sudah dirasakan 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan tidak memiliki penyakit pada sebelumnya
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien mengatakan tidak ada yang memiliki penyakit


3. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum Klien : Sedang
GCS : E 4 – M 6 – V 5 = 15
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital : TD : 130/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36 8 0C
RR : 20 x/menit


4. Pemeriksaan Fisik

Terlampir




5. Aktivitas Sehari hari

No Jenis Aktivitas Di Rumah Di RS
1  Makan
- Frekuensi
- Jenis Makanan
- Makanan yang tidak di sukai

 Minum
- Frekuensi
- Jenis Minuman
- Minuman yang tidak di sukai
Tidak teratur
Padat, Lunak
-


+1 lt / hari
Cair
-
3 x Sehari
Lunak
Bubur


+ 1,5 / hari
Cair
-
2  BAB
- Frekuensi
- Konsistensi

 BAK
- Frekuensi
- Konsistensi
- Jumlah
- Aroma
- Warna
3 x sehari
Padat


3 x sehari
Cair
+ 700 ml/hari
Amoniak
Kuning
Belum pernah
-


Terpasang DC
Cair

Amoniak
Kuning
3  Mandi
- Frekuensi

 Kebersihan Gigi
- Frekuensi

 Kebersihan Kuku
- Frekuensi
2 x sehari


2 x sehari


1 x seminggu
Belum pernah


Belum pernah


Belum pernah
4 Istirahat
 Tidur Malam
- Waktu
- Pola Istrirahat

 Tidur Siang
- Waktu
- Pola Istirahat

Tidak teratur
Pulas


Jarang
-

21.00 WIB
Pulas


11.00
Sering terbangun
5 Aktivitas
 Kegiatan
- Jenis Kegiatan
- Frekuensi

 Olah-raga
- Frekuensi
- Jenis Olah raga

Kerja
Setiap hari


Jarang
Sepak Bola

Tidak ada
-


Tidak ada
-



1. Data Sosial

Dalam kegiatan sehari hari sebagai penjaga Counter Handphone, klien jarang sekali bergaul dengan masyarakat setempat, karena kesibukannya, namun dengan teman sebayanya klien dapat bergaul dengan mereka

2. Data Spiritual
Klien sering mengikuti pengajian-pengajian rutin di tempat tinggalnya, klien juga dapat melakukan ibadah shalat dan membaca alqur’an.

3. Data Psikologis
Dalam keseharianya klien seorang yang ramah, tidak pemarah. Namun saat dilakukan pengkajian klien terlihat gelisah dan meringis karena kondisi penyakit yang di deritanya.









4. Pemeriksaan Penunjang
No Tgl &Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 18 Februari 2009

 Kimia Darah
- Gula Darah Sewaktu

 Fungsi Liver
- SGOT
- SGPT

 Fungsi Ginjal
- Ureum
- Kreatinin

\
 Hematologi
- Hemoglobin

- Leukosit
- Hematokrit

- Trombosit
- Laju Endap Darah

- Masa Perdarahan
- Masa Pembekuan


124 mg/dl


26 u/i
13 u/i


16 mg/dl
0.6 mg/dl



12.8 g/dl

11.400 / ul
37.0 %

220.000 /ul
30 mm/jam

2.30 menit
9 menit


< 200 mg/dl


L: < 37 P: < 31 u/i
L: < 41 P: < 31 u/i


17 – 43 mg/dl
L : 0.7 – 1.1 mg/dl
P : 0.6 – 0.9 mg/dl


L : 14 – 18 g/dl
P : 12 – 16 g/dl
5000-10000 /ul
L : 40 – 48 %
P : 37 – 43 %
150-450 ribu /ul
L : 0 – 10 mm/jam
P : 0 – 15 mm/jam
1 – 6 menit
5 – 15 menit
19 Februari 2009

 Kimia Darah
- Gula Darah Sewaktu

 Fungsi Liver
- SGOT
- SGPT

 Fungsi Ginjal
- Ureum
- Kreatinin



133 mg/dl


29
18


17 mg/dl
0.9 mg/dl



< 200 mg/dl


L: < 37 P: < 31 u/i
L: < 41 P: < 31 u/i


17 – 43 mg/dl
L : 0.7 – 1.1 mg/dl
P : 0.6 – 0.9 mg/dl

5. Data Therapy injeksi dan Oral

Tanggal Nama Obat Frekuensi Waktu Pemakaian
18 Februari 2008  IVFD D5% + Novalgin 1 gr
 Combicef 1 gr
 Tricker 40 mg 24 tpm

2 x 1 gr
2 x 1 amp

08.00 – 16.00
08.00 – 16.00
19 Februari
2008  Cefotaxime 1 gr
 Ketorolac 30 mg 2 x 1 gr
2 x 1 mg 08.00 – 16.00
08.00 – 16.00
20 Februari
2008  Cefotaxime 1 gr
 Ketorolac 30 mg 2 x 1 gr
2 x 1 mg 08.00 – 16.00
08.00 – 16.00
21 Februari
2008  Cefotaxime 1 gr
 Ketorolac 30 mg 2 x 1 gr
2 x 1 mg 08.00 – 16.00
08.00 – 16.00
















6. Analisa Data

No Data Senjang Etiologi Masalah
1 Ds.
- Klien mengeluh nyeri pada area post operasi

Do.
- TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x / menit
S : 363 oC
R : 20 x menit
- Klien tampak meringis
- Terdapat luka post op
- Skala nyeri : 5 Peradangan pada Apendik


Dilakukan insisi pembedahan


Terputusnya kontinuitas jaringan


Pengeluaran mediator kimia ( bradikin, histamine, serotinin, prostaglandin )


Sistem saraf pusat


Thalamus


Cortek Cerebri


Nyeri ( dipersepsikan ) Gangguan rasa nyaman : Nyeri
2 Ds.
- Klien mengeluh nyeri pada area post operasi

Do.
- TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x / menit
S : 363 oC
R : 20 x menit
- Luka memerah
- Terdapat luka post op
- Leukosit : 11.400/ul Dilakukan insisi pembedahan


Adanya luka post operasi


Jalan masuknya mikroorganisme


Resiko tinggi infeksi Resiko Tinggi Infeksi
3 Ds.
- Klien selalu bertanya tentang kondisi penyakitnya

Ds.
- Klien tampak bingung
- Klien tampak gelisah
- Klien tidak mengetahui tentang kondisi penyakitnya
Dilakukan insisi pembedahan Apendiktomy


Perubahan pada tubuh


Kurang informasi tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan


Defisit pengetahuan Defisit pengetahuan






















7. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tanggal
ditemukan Tanggal terselesaikan
1 Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
19 februari 2009
2 Resiko Tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka
19 februari 2009
3 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
19 februari 2009


















8. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Perencanaan
Intervensi Rasional
1 Nyeri Berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan di tandai dengan :
Ds.
- Klien mengeluh nyeri pada area post operasi

Do.
- TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x / menit
S : 363 oC
R : 20 x menit
- Klien tampak meringis
- Terdapat luka post op
- Skala nyeri : 5 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam. Nyeri berkurang sampai hilang dengan Kriteria :

- Klien tidak mengeluh nyeri
- Klien tampak tenang
- Luka Post operasi kering
- TTV dalam batas normal
• TD : 110/80 – 120/90 mmHg
• N : 80 – 100 x / menit
• S : 365 – 375 oC
• R : 16 – 24 x / menit
- Skala Nyeri 0 1. Observasi Tanda-tanda Vital


2. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karasteristik nyeri




3. Ciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif

4. Anjurkan untuk tidak mengedan


5. Ajarkan latihan tehnik relaksasi dan distraksi




6. Kolaborasi
- Berikan obat analgetik sesuai intruksi

1. Mengidentifikasi keadaan umum klien

2. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat nyeri dan merupakan indiaktor secara dini untuk dapat memberikan tindakan selanjutnya

3. Menurunkan stress dan rangsangan yang berlebihan

4. Mencegah kemungkinan spasme

5. Pernapasan yang dalam dapat menghirup O2 secara adekuat sehingga otot-otot menjadi relaksasi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri.

6.
- Sebagai profilaksis untuk dapat menghilangkan rasa nyeri (apabila sudah mengetahui gejala pasti)


2 Resiko tinggi Infeksi berhubungan dengan Adanya Luka pembedahan di tandai dengan

Ds.
- Klien mengeluh nyeri pada area post operasi

Do.
- TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x / menit
S : 363 oC
R : 20 x menit
- Luka memerah
- Leukosit : 11.400/ul




Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam. Resiko tinggi infeksi tidak terjadi dengan Kriteria :

- Klien tidak mengeluh nyeri
- Luka Post operasi kering
- TTV dalam batas normal
• TD : 110/80 – 120/90 mmHg
• N : 80 – 100 x / menit
• S : 365 – 375 oC
• R : 16 – 24 x / menit
- Skala Nyeri 0
- Leukosit dalam batas normal : 5000 – 10000 /ul 1. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

2. Pantau dan catat suhu tubuh


3. Kaji tanda-tanda infeksi



4. lakukan perawatan luka dengan tehnik septic dan antiseptic


5. Kolaborasi
- Berikan obat antibiotic ( Cefotaxime )

1. Mencegah terjadinya infeksi nosokomial

2. Peningkatan Suhu tubuh menandakan terjadinya infeksi

3. Untuk mengetahui ada atau tidak adanya infeksi yang terjadi

4. Balutan basah merupakan jalan masuk dan wadah berkembangnya dengan cepat suatu mikroorganisme

5. Membantu mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan membunuhnya.















3 Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan ditandai dengan

Ds.
- Klien selalu bertanya tentang kondisi penyakitnya

Ds.
- Klien tampak bingung
- Klien tampak gelisah
- Klien tidak mengetahui tentang kondisi penyakitnya


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam. Defisit pengetahuan teratasi dengan Kriteria :

- Klien mengerti tentang kondisi penyakitnya dan kebutuhan pengobatan
- Klien tampak rilaks 1. Bina Hubungan saling Percaya




2. Kaji factor pencetus yang memperburuk kondisi

3. Berikan dan tingkatkan pengetahuan klien 1. Sebagai salam perkenalan untuk menciptakan hubungan terapeutik antara klien dan perawat

2. mengidentifikasi factor yang memperberat keadaan

3. dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan klien sehingga dapat menentukan pilhan tindakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar